Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

Diskusi Daring Alumni Merantau Ke Jepang Bersama Ning Ayu Lana Nafisyah

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Diskusi Daring Alumni Merantau Ke Jepang Bersama Ning Ayu Lana Nafisyah

Bagikan

Ikatan Alumni Universitas Airlangga Komisariat Fakultas Perikanan dan Kelautan (IKA UA FPK) kembali mengadakan diskusi daring. Salah satu program andalan IKA UA FPK ini mengambil topik diskusi mengenai menuntut ilmu, merantau ke Negeri Jepang. Sebagai nara sumber pada Program yang dilaksanakan pada Jumat 29 Desember 2017 adalah alumni FPK Ning Ayu Lana Nafisyah, M.Sc. Ning Ayu  saat ini  sedang mengikuti program pedidikan Doctor of Philosofy di Hiroshima University Jepang.   Bertindak sebagai moderator pada program akhir tahun 2017 ini adalah Ning Dita Wisudyawati yang juga sedang sekolah di program master University Wageningen and Research Belanda. Diskusi daring menggunakan media sosial media What App diikuti oleh sekitar 50 orang.

Pada kesempatan pertama Ning Ayu menceritakan bagaimana awal Ning Ayu bisa merantau ke Jepang. “Saya merantau ke Jepang 29 September 2015.  Kuliah disini sudah sangat spesifik terbagi, tingkatnya dari fakultas-departemen-divisi-laboratorium. Sejak awal kita disini langsung fokus di laboratorium. Jadi perkuliahan yang tatap muka (kelas) tidak  akan membebani. Tidak ada namanya tugas yang banyak, tidak ada namanya ujian yang susah, bahkan misal hari itu kita ada jadwal kuliah bersamaan dengan jadwal eksperimen, Professor (Sensei) di mata kuliah tersebut itu akan mengizinkan bahkan menyuruh kita lebih memprioritaskan eksperimen” Ujar Ayu membuka diskusi.

Kita semua punya meja kerja masing-masing. Jadi lebih enak menggunakan istilah ‘kerja’ dibanding ‘kuliah’ disini. Kuliah di Jepang bukan cuma belajar akademik, tapi bagi saya lebih kepada membentuk pola pikir baru yang akhirnya akan manfaat buat kita, seperti disiplin dan independen, karena semua hal dilakukan sendiri disini. Contoh kecil untuk membuang sampah, tidak ada namanya cleaning service. Sistem pembuangan di Jepang susah, itu juga harus dilakukan sendiri (pemisahan sampai pembuangan di buangan akhir).

Setiap laboratorium biasanya terdiri dari dua sampai tiga Professor dengan bidang yang berbeda, kami menyebutnya tim. satu team dibawahi satu Supervisor yang sama. Setiap tim berbeda, misal di tim saya sekarang ada 9 orang  (keseluruhan S1, S2, S3). Mahasiwa S1 disini sejak tahun ke-3 (berarti setara semester 5) sudah harus memilih laboratorium dan melakukan eksperimen. Setiap tim itu punya aturannya masing-masing yang wajib dipatuhi. Seperti jadwal ‘kerja’ di laboratorium, di tim saya waktu kerja dimulai jam 9.00 sampai jam 17.00 sore waktu Jepang. Tapi kenapa banyak orang Jepang atau mahasiswa indonesia yang kuliah di Jepang pulang larut? karena di Jepang ada namanya ‘aturan tidak tertulis’ yaitu kalau Sensei belum pulang, kita jangan pulang (terutama Mahsiswa  S2 dan S3). Selain itu memang mereka gila kerja (isu yang kita tahu di Indonesia itu sangat benar adanya).

Sehari-hari saya harus sudah hadir di laboratorium jam 9:00 kemudian mulai bekerja seperti menulis , membaca jurnal, mengoolah data atau  bereksperimen. jam istirahat disini mulai 12:00 sampai 12:50. Jadi di jam itu kantin padat merayap (terutama mahasiswa S1). Untuk graduate student (S2-S3) selama ga ada kelas ya bebas aja mau jam berapa istirahat, tapi ya itu disini kita belajar disiplin sama diri sendiri.

Disini pun bimbingan tidak sesulit di Indonesia, mungkin karena perbandingan jumlah dosen dan mahasiswa di Indonesia sangat timpang ya. Sewaktu-waktu saya bisa menuju ruangan Professor untuk diskusi (selama beliau ada waktu pasti diterima). Setiap Senin di tim saya sendiri ada meeting rutin, Professor menyampaikan jadwal beliau seminggu dan sebulan kedepan, jadi kita tahu mana waktu saat beliau sibuk. Di meeting itu juga masing-masing kita diberi ‘tugas’ atau ditanya ‘progress’ kerja kita.

Peserta diskusi sangat antusias mengikuti diskusi daring. Peserta juga diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Salah satu pertanyaan diutarakan oleh Ning Ika. Salah satu peserta bernama Ika Shaliha Oktavia mengajukan pertanyaan kenapa Ning Ayu memilih jepang? Dan Bagaimana mengenai budaya tepat waktu?

“ Saya memilih jepang karena saya sudah jatuh cinta dengan negara ini dari kecil. Salah satu inspirasi datang dari Ibu saya, karena beliau guru Bahasa Jepang kebetulan di SMAN 1 Bangil. Jadi dari kecil saya terbiasa lihat beliau menyiapkan materi sekolah dan bergaul dengan teman jepang beliau. untuk pertanyaan kedua, iya betul itulah salah satu kekurangan kita yang fatal sebetulnya. saya pernah telat datang meeting karena kesiangan, jadilah saya harus hubungi lewat email ke semua teman timm sekaligus Sensei. bersyukurnya selanjutnya saya tidak ulangi sehingga tidak sampai kena punishment apapun” Jawab Ning Ayu.

Tepat Pukul 22.00 WIB diskusi daring ditutup oleh moderator.” Saya ucapkan terima kasih kepada Ning Ayu Lana atas waktu dan informasi untuk berbagi pengalamannya kepada rekan-rekan semua, semoga lancar studi Ph.D nya di Hiroshima amin ya robbal alamin” ujar Ning Dita menutup diskusi.

Penulis   : Annur Ahadi Abdillah

Editor     : Dwi Yuli Pujiastuti

Loading

5/5