Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

Alga Hijau yang Berpotensi sebagai Biolarvasida

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Alga Hijau yang Berpotensi sebagai Biolarvasida

Masa pandemi belum berakhir, namun angka kematian di bumi pertiwi kian menjadi. Selain dipicu oleh virus COVID-19 sendiri, muncul beragam penyakit yang bersumber dari hewan. Salah satunya ialah jentik nyamuk Aedes aegypti yang belakangan ini kembali menunjukkan eksistensinya. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2019 mencapai 112.924 penderita dengan angka mortalitas sebanyak 75 jiwa, dan pada Juli tahun 2020 mencapai 71.633 penderita dengan peningkatan mortalitas sebanyak 459 jiwa (Kemenkes RI, 2020). Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sendiri menemui hambatan tertentu dikarenakan sifat adaptif nyamuk terhadap lingkungan tinggi, bahkan setelah gangguan fenomena alam atau intervensi manusia (Panghiyangani et al., 2012).

Penggunaan biolarvasida alami menjadi salah satu langkah preventif yang layak dikembangkan untuk mematikan jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti. Selain mudah terdegradasi di alam, biolarvasida alami tidak menimbulkan residu terhadap lingkungan, bahannya mudah didapat, serta yang paling penting adalah biolarvasida aman bagi kesehatan manusia (Rochmat et al., 2017). Bahan baku yang berpotensi sebagai biolarvasida adalah alga hijau jenis Ulva lactuca L. Alga hijau ini memiliki senyawa bioaktif saponin yang dapat berperan sebagai biolarvasida. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cania dan Endah (2013), kandungan saponin dan alkaloid yang ada di dalam alga ini memiliki mekanisme kerja sebagai racun perut dan sebagai inhibitor enzim kolinesterase pada larva, sehingga mampu menimbulkan efek letalitas pada larva nyamuk.

Adapun proses pengambilan senyawa saponin di dalam Ulva lactuca L. menggunakan metode ekstraksi maserasi. Prinsip maserasi pada dasarnya dilakukan dengan merendam bahan yang hendak diekstrak bersama dengan pelarut yang sesuai, sehingga senyawa bioaktif yang diinginkan mampu terambil (Chairunnisa et al., 2019). Proses tidak berhenti sampai di situ saja, akan ada serangkaian pengujian yang meliputi pengujian larvasida, analisis skrinning fitokimia, dan terakhir dilakukan analisis data. Tahapan analisis data ini, nantinya akan membuktikan sejauh mana efektivitas senyawa bioaktif saponin mampu membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti. Potensi Ulva lactuca L. sebagai biolarvasida masih berada dalam tahap pengujian, karena masih bersifat inovatif yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut.

Ulva lactuca L. berpotensi sebagai biolarvasida (Sumber: pinterest.com)

Daftar Pustaka

Cania B.E. dan Setyanimgrum, E. 2013. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia) terhadap Larva Aedes aegypti. Medical Journal of Lampung University, 2(4): 52-60

 

Chairunnisa, S., Wartini, N.M., Suhendra, L. 2019. Pengaruh Suhu dan Waktu Maserasi terhadap Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.) sebagai Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 7(4): 551-560.

Kemenkes RI. 2020. Hingga Juli 2020, Kasus DBD di Indonesia Capai 71 Ribu. https://www.kemkes.go.id/article/view/20070900004/hingga-juli-kasus-dbd-di-indonesia-capai-71-ribu.html. Diakses pada 5 April 2021.

 

Panghiyangani, R., Marlinae, L., Isnaini, I., et al. 2012. Potential of Tumeric Rhizome Essential Oils Againt Aedes aegyptii Larvae. Universa Medicina, 31(1): 20-26.

Rochmat, A., Adiati, M.F., dan Bahiyah, Z. 2017. Pengembangan Biolarvasida Jentik Nyamuk Aedes aegypti Berbahan Aktif Ekstrak Beluntas (Pluchea indica Less.). Reaktor, 16(3): 103-108.

 

Penulis : Linda Kartika Sari (Teknologi Hasil Perikanan, 2019)

Editor  : Viradyah Lulut Santosa (Akuakultur, 2019)

Loading

5/5

FPK NEWS

BAGIKAN