BAHAYA PESTISIDA ORGANOFOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN
Dewasa ini penggunaan pestisida organofosfat banyak dirasakan manfaatnya guna meningkatkan produksi pertanian, akan tetapi berdampak buruk terhadap manusia, biota dan lingkungan perairan (Kusriani dkk., 2012). Damayanty dan Abdulgani (2013) menambahkan pestisida yang terbuang ke perairan dalam jumlah besar, dapat mencemari perairan dan mempengaruhi kondisi biota diantaranya yaitu proses metabolisme, perkembangan organ tubuh, tingkah laku, siklus hidup, perkembangan embrio. Berdasarkan penelitian Tilak dan Kumari (2009) menunjukkan bahwa konsentrasi subletal pestisida organofosfat menyebabkan penurunan konsumsi oksigen, laju respirasi dan kebutuhan energi, dan perubahan parameter hematologi pada ikan Ctenopharyngodon idella.
Organofosfat dikenal sebagai racun saraf (neurotoksikan) yang aktif, mampu menghambat aktivitas asetilkolinesterase untuk menghidrolisis asetilkolin (Setyawati dkk., 2011). Djojosumarto (2008) menambahkan bahwa pestisida yang masuk dalam golongan organofosfat diantaranya yaitu : Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos, fenitrotion, temefos dan metil-pirimifos. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Taufik dkk. (2009), menunjukkan bahwa akumulasi pestisida endosulfan dalam tubuh ikan mas dengan konsentrasi sebesar 3.58 µg/l atau lebih akan mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik ikan mas. Penelitian Rudiyanti dan Ekasari (2009) mendapatkan hasil bahwa laju pertumbuhan spesifik semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi pestisida fipronil. Pada kandungan pestisida sebesar 0.084 mg/L telah mampu menghambat laju pertumbuhan ikan mas. Kusriani dkk. (2012) menambahkan bahwa hasil penelitiannya menunjukan bahwa pemberian konsentrasi pestisida diazinon berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik (SGR) berat ikan mas. Hal ini disebabkan oleh pengaruh zat toksik terhadap ikan dapat merusak fungsi respirasi dari insang sehingga mengakibatkan proses metabolisme dalam tubuh terganggu dan menurunkan laju pertumbuhan. Selanjutnya penelitian Pratama (2015), menyatakan bahwa pertambahan berat ikan mas semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya konsentrasi pestisida organofosfat dimulai pada perlakuan konsentrasi 0.056 mg/L dibanding dengan perlakuan kontrol.
Pertumbuhan ikan dapat terganggu karena adanya pestisida organofosfat disebabkan oleh Pestisida mampu memblokade penyaluran impuls saraf dengan cara mengikat enzim asetilkolinesterase (Rizki dkk., 2016). Bartik and Piskac (1981) menambahkan bahwa pestisida Organofosfat bekerja dengan dua cara yaitu kontak langsung dan sistemik. Efek kontak langsung terjadi ketika insektisida kontak langsung pada bagian mukosa atau kulit sehingga terjadi iritasi atau perubahan pada daerah tersebut. Sedangkan secara sistemik kejadian dapat dengan cara penetrasi, yang artinya organofosfat diabsorbsi kemudian mengikuti aliran darah sampai pada beberapa organ sehingga mengakibatkan disfungsi organ. Setyawati, dkk (2011) menambahkan bahwa organofosfat yang masuk dalam tubuh secara sistemik akan menyerang sistem saraf dan berkompetisi dengan asetilkolin (neurotransmiter) untuk berikatan dengan enzim asetilkolinesterase. Hal ini mengakibatkan terhambatnya hidrolisis asetilkolin oleh enzim asetilkolinesterase, sehingga asetilkolin terkumpul pada sinap kemudian merangsang neuron post sinap dan membuat syaraf dalam tubuh terus menerus mengirimkan perintah kepada otot tertentu secara abnormal.
Referensi
Bartik, M. and Piskac, A. 1981 . Veterinary Toxicology. Elsevier Scientific Publishing Company : Amsterdam. 144-152pp.
Damayanty, M. M., dan N. Abdulgani. 2013. Pengaruh Paparan Sub Lethal Insektisida Diazinon 600 EC terhadap Laju Konsumsi Oksigen dan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2 (2).
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta : Agro Media.
Kusriani., Widjanarko, P., dan Rohmawati, N. 2012. Uji Pengaruh Sublethal Pestisida Diazonin 60 EC terhadap Rasio Konversi Pakan (FCR) Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Universitas Brawijaya. Malang. Jurnal Penelitian Perikanan 1(1) : 36-42.
Pratama, I. D. 2015. Uji Pengaruh Sublethal Insektisida Organofosfat dengan Bahan Aktif Profenofos (Curacron 500 EC) Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Universitas Brawijaya. Malang : 2-60.
Rizki, M., Tia, R. S. M., dan Bastian D. 2016. Uji Toksisitas Sub-Lethal Organofosfat Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas Padjajaran. Bandung.
Rudiyanti, S. dan A. D. Ekasari. 2009. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0.3 G. Universitas Diponegoro. Semarang. Jurnal Saintek Perikanan,5 (1) : 39-47.
Setyawati, I., Wiratmini, N. I., & Wiryatno, J. 2011. Pertumbuhan, Histopatologi Ovarium dan Fekunditas Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Setelah Paparan Pestisida Organofosfat. Jurnal Biologi 15 (2) : 44-48.
Taufik, I., E. Supriyono, dan K. Nirmala. 2009. Pengaruh Bioakumulasi Endosulfan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio LINN). Jurnal Akuakultur Indonesia, 8 (1): 59-65.
Tilak K. S., Kumari, R. S. 2009. Acute Toxicity of Nuvan Organophosphate to Freshwater Fish Ctenopharyngodon idella and Its Effect on Oxygen Consumption. Jurnal of Environment Biology, 30 (6).
Penulis:
Lailatul Lutfiyah, S.Pi., M.Si.
(Prodi Akuakultur – PSDKU Banyuwangi)
Email: lailatullutfiyah@fpk.unair.ac.id