Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

BERTANAM SPIRULINA, Si MIKRO KAYA MANFAAT

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

BERTANAM SPIRULINA, Si MIKRO KAYA MANFAAT

Bagikan

Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Demikianlah pepatah lama mengatakan. Dan itu dibuktikan oleh Samuel Nege, mahasiswa S2 Bioteknologi Perikanan dan Kelautan asal Nigeria. Sepanjang saya menjadi dosen di Universitas Airlangga sejak tahun 1997, baru satu orang, yaitu Samuel Nege, yang mempraktekkan kultur Spirulina skala massal di kolam outdoor milik Fakultas Perikanan dan Kelautan. Hebatnya, dia belajar dari nol, dengan peralatan seadanya, dan berhasil.

Samuel Nege adalah salah satu mahasiswa asing yang menempuh pendidikan master di Program Studi S2 Bioteknologi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Melalui program KNB (Kemitraan Negara Berkembang), Nege mendapat beasiswa di UNAIR. Belum adanya ahli plankton di negaranya, mendorong Nege untuk belajar isolasi sampai ekstraksi bahan aktif yang ada di dalam plankton, sebagai bahan Thesisnya. Salah satu kendala untuk dapat mengekstrak bahan aktif adalah ketersediaan biomas yang terbatas, mengingat kultur plankton skala massal yang belum memasyarakat di Indonesia, kecuali oleh Balai Penelitian Perikanan atau Perusahaan.

Didampingi oleh Joan Reza, pemilik usaha Green Gold Spirulina, Samuel Nege mempelajari teknik kultur Spirulina mulai skala laboratorium sampai mengembangbiakkan di kolam beton untuk mendapat biomas yang cukup, guna tahap ekstraksi bahan aktif sebagai materi Thesis. Memikirkan cara meminimalisir potensi kontaminasi pada budidaya Spirulina outdoor skala massal, menyiapkan air laut steril dalam volume cukup besar, merupakan perjuangan tersendiri bagi seorang Samuel Nege. Bila itu dilakukan oleh mahasiswa Indonesia, asal Surabaya, atau anak kost, mungkin kesulitan ini lebih mudah diatasi. Namun, bagi mahasiswa asing, yang melakukannya sendiri selama dua malam untuk berulang kali merebus air laut menggunakan panci, agar mendapat sejumlah volume yang mencukupi, memerlukan semangat tersendiri. Belum lagi ketika menghadapi kompor dan peralatan lain yang rusak dan harus ke bengkel. Ditambah cuaca yang saat itu mendung karena musim hujan, membuat rasa was-was akan keberhasilan kultur massal selalui merundung perasaannya.

Usaha tidak mengkhianati hasil. Berkat kegigihan upayanya, Nege berhasil mengkultur Spirulina sendiri untuk persiapan bahan penelitiannya. Bagi orang yang sudah sering melihat kultur plankton, mungkin hal ini bukanlah sesuatu yang terlalu istimewa. Namun bagi seorang pemula, dan kemudian berhasil memanen sejumlah biomas isolat murni plankton, adalah merupakan kebanggaan dan kepuasan tersendiri. Bukan suatu hal yang tidak mungkin bagi kita, untuk meniru Samuel Nege, bertanam Spirulina di rumah, untuk konsumsi sehari2 demi mendapatkan manfaat Spirulina yang luar biasa.

Penulis:

Endang Dewi Masithah
Departemen Kelautan
Email: endang_dm@fpk.unair.ac.id

Loading

5/5