Berita FPK – Tiga mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPK UNAIR) meraih Best Presentator di The 11th Conference of Indonesian Students Association in South Korea (CISAK) 2019. Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Korea Selatan menjadi penyelenggara CISAK. Semua mahasiswa Indonesia baik yang ada di Indonesia maupun di luar negeri dapat berpartisipasi dalam konferensi yang berfokus pada publikasi karya tulis tersebut. Hal tersebut yang disampaikan oleh Shindy Novian A’yun salah satu delegasi FPK UNAIR pada Senin (8/4/2019).
Shindy menyampaikan bahwa semua mahasiswa dari berbagai jurusan dapat berpartisipasi dalam CISAK. Kesesuaian topik karya tulis yang diangkat dengan ketentuan tema menjadi salah satu syarat yang mendasari partisipan untuk bisa mengikuti konferensi itu. Tema yang ditentukan sudah disesuaikan dengan masing-masing cluster, imbuh Shindy.
“Saya sendiri ada di Food and Agriculture Cluster. Ada lagi yang teknologi, dan banyak cluster yang lain,” tutur Shindy. Shindy juga menambahkan tema yang ditentukan pada konferensi Internasional tersebut adalah Industry 4.0. Shindy menyampaikan bahwa seleksi abstrak adalah langkah awal untuk mengikuti CISAK tersebut. Setelah lolos seleksi, peserta harus membuat full paper untuk registrasi tahap selanjutnya.
Menurut Shindy pada konferensi yang setara Internasional seperti CISAK, relasi menjadi salah satu hal yang penting agar dapat berpartisipasi dalam ajang bergengsi tersebut. Shindy menceritakan pengalamannya ketika berkesempatan mengikuti Konferensi di Jepang. Sebelumnya, Shindy mendapatkan informasi konferensi tersebut dari salah satu temannya yang ada di Jepang. “Terus kalau yang ini (CISAK, Red), saya dapat informasi dari Kakak Tingkat yang ada di Korea juga,” kata Shindy.
Berpartisipasi dalam ajang bergengsi terutama di tingkat Internasional tidak luput dari kendala. Bagi Shindy sebagai mahasiswa Bidikmisi, kegiatan seperti CISAK sangat membutuhkan support dana yang sangat besar. Shindy juga menyampaikan dana dari kampus sesuai dengan Standart Biaya Masukan (SBM), sehingga hanya mencukupi biaya transpor saja. “Saya harus mencari cara untuk mendapatkan sumber dana lain. Jadi, saya mengajukan dana ke Pusat Pengelolaan Dana Sosial (PUSPAS) dan open bagasi dari PPI Korea yang menitipkan bagasi ke kami,” papar Shindy saat menyampaikan trik yang bisa digunakan apabila terkendala dana. Open bagasi tersebut, imbuh Shindy, dibeli sebanyak dua puluh kilogram bisa mendapat keuntungan seratus persen dari harga bagasi tersebut.
Shindy menyebutkan ada banyak sekali manfaat yang bisa didapat dengan mengikuti kegiatan CISAK tersebut. Pengalaman yang berharga, bertambahnya relasi dari delegasi universitas-universitas ternama dari seluruh Indonesia dan di Korea serta manfaat yang tidak kalah pentingnya adalah publikasi artikel secara internasional meskipun hanya sebatas Proceeding. “Meskipun itu hanya publikasi di Proceeding, bukan Jurnal Internasional , tetapi bagi mahasiswa dapat sebagai biodata dan termasuk langkah yang bagus karena sudah mempresentasikan karya tulisnya di publik Internasional,” kata Shindy.
Shindy menyebutkan bahwa bulan Juni akan ada konferensi setara CISAK yang bertempat di Jepang. Shindy juga menyampaikan pesannya kepada seluruh mahasiswa FPK UNAIR untuk bisa lebih giat dalam kegiatan-kegiatan terutama di tingkat Internasional. “Kalian tidak pernah tahu kalau kalian belum mencoba. Kalian pantas atau tidak di dalam suatu kegiatan itu, kalian tidak pernah tahu. Jadi, jangan menghakimi diri sendiri sebelum kalian mengikuti kompetisi itu,” tegas Shindy menyampaikan pesannya untuk mahasiswa FPK UNAIR.

Shindy (kiri) sebagai perwakilan Tim saat menerima penghargaan Best Presenter pada CISAK 2019

Dari kiri: Muhammad Fauzan, Shindy Novian A’yun, dan Nada Dzatalini saat menerima penghargaan Best Presenter CISAK 2019.
Penulis: Dhea Meidiana
(Mahasiswa FPK UNAIR)