Inovasi luar biasa dari Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya telah membawa angin segar bagi petani garam di Indonesia. FPK Unair, yang telah lama diakui sebagai pusat pengembangan garam di Indonesia, telah berhasil mengubah garam petani menjadi produk kosmetik dan farmasi yang inovatif. Selama beberapa tahun terakhir, petani garam di Indonesia menghadapi tantangan serius dengan harga garam yang terus turun. Namun, berkat langkah-langkah kreatif FPK Unair, garam petani kini memiliki prospek yang cerah. Harga garam yang sebelumnya hanya mencapai Rp 100 per kilogram, kini telah melonjak menjadi Rp 1.500 per kilogram.
Namun, yang lebih mengagumkan adalah transformasi garam petani ini menjadi produk kosmetik yang aman. Saat ini, FPK telah mengembangkan berbagai inovasi turunan garam, termasuk garam spa dan garam scrub, yang telah menjadi produk utama yang sukses. Selain dua produk utama tersebut, FPK juga mengembangkan berbagai produk lainnya, seperti mouthwash, deodoran, pasta gigi, face mask, gale face scrub, hingga facial cleansing water. Semua produk ini telah mendapatkan sambutan positif dari masyarakat.
Dekan FPK Unair, Prof. Ir. Moch Amin Alamsjah MSi PhD, menjelaskan, “Kami tengah fokus pada hilirisasi industri garam dengan inovasi garam dan turunannya. Saat ini, Pusat Inovasi Garam dan Turunannya FPK Unair bekerja sama dengan akademisi dan ahli dari berbagai bidang, termasuk perikanan, kelautan, kesehatan masyarakat, ekonomi, bisnis, serta sains dan teknologi Unair.”
Dukungan yang diberikan oleh Dinas Perikanan Lamongan bersama dengan kelompok petambak garam dan wanita perebus garam di Desa Sedayulawas, Desa Labuan, dan Desa Sidomukti telah memberikan dorongan besar untuk pemberdayaan petani tambak garam. “Ancaman terbesar yang dihadapi petambak saat ini adalah bagaimana menghasilkan produk garam dengan kandungan NaCl di atas 90 persen. Ini tidak hanya berguna untuk industri makanan, tetapi juga menjadi bahan kosmetik yang aman untuk orang Indonesia, daripada produk asing dengan kandungan yang belum jelas,” ujar Amin. Melalui proses purifikasi dan ekstraksi bahan kimia, garam berkualitas tinggi dari Lamongan telah berhasil diubah menjadi garam spa dan garam scrub yang aman. Dengan keterlibatan pihak-pihak terkait dan ahli dari Unair, hanya dibutuhkan sekitar dua hari untuk menghasilkan produk kosmetik yang siap dijual.
Saat ini, sudah ada sekitar 100 produk yang berhasil diproduksi, dan tingkat keamanan yang tinggi dari produk ini telah menarik perhatian banyak orang. Prof. Amin optimis bahwa inovasi turunan garam ini akan terus diminati oleh masyarakat. “Fakultas kami berkomitmen kuat untuk meningkatkan produk garam petani dengan kualitas terbaik. Ini bukan hanya untuk bahan farmasi, kosmetik, dan vitamin, tetapi juga untuk berbagai produk kebutuhan lainnya. Bersama tim FPK, kami akan terus fokus pada pengembangan turunan garam ini,” tambahnya.
Inovasi FPK Unair ini tidak hanya memberikan dorongan bagi petani garam di Indonesia tetapi juga menawarkan produk yang aman dan berkualitas tinggi bagi konsumen, membuktikan bahwa kolaborasi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunitas petani dapat menghasilkan keberhasilan yang luar biasa dalam dunia pertanian dan kosmetik.