Berita FPK – Dampak pandemi covid-19 yang terjadi sejak akhir tahun 2019 sangat dirasakan bagi masyarakat di dunia, salah satunya sosial ekonomi pada berbagai sektor termasuk sektor perikanan. Salah satu yang dirasakan adalah daya beli terhadap produk perikanan yang turun sehingga berakibat pada kestabilan harga produk. Hal ini menjadi tantangan tersendiri terutama pada produk ekspor perikanan Indonesia.
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga bekerja sama dengan Unversitas Brawijaya, Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI), dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengadakan Webinar bertajuk “Ngobar JATIM: Tantangan Produk Ekspor Perikanan di Era Covid-19”. Acara diselenggarakan melalui media daring Zoom dan streaming youtube pada hari Sabtu tanggal 22 Agustus 2020 pukul 09.00-13.00 WIB. Webinar ini menghadirkan lima orang Narasumber, yaitu Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si. (Dirjen Perikanan Budidaya KKP); Prof. Ir. Moch. Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D. (Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR, Koordinator MPHPI wilayah JATIM); Ir. Mohammad Novi Saputra (Direktur PT. Kelola Mina Laut); Hamzah Moch. Baabud, ST. (CEO PT. Kappa Carragenan Nusantara); dan Junita Dwi Lia H, S.Pi. (Direktur Quality Assurance PT. Mega Marine Pride)
Acara webinar dibuka oleh host Eka Saputra S.Pi., M.Si.; kemudian dilanjutkan oleh sambutan tuan rumah Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Prof. Dr. Mirni Lamid, M.P., drh, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Prof. Dr. Ir. Happy Nursyam, MS. dan sambutan Ketua Umum MPHPI Ir. Ady Surya. Sebagai moderator NgoBar Jatim adalah Daruti Dinda Nindarwi, S.Pi., M.P. (FPK UNAIR) dan Rahmi Nurdiani, Ph.D (FPIK UB). Acara ini dihadiri kurang lebih 150 orang peserta, baik mahasiswa maupun peserta umum dari berbagai instasi negeri dan swasta di Indonesia. Kelima pembicara berbagi materi mengenai ekspor perikanan dan membahas strategi dalam menghadapi tantangan di era Covid-19.
Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si. menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kekuatan dan peluang perikanan budidaya di masa pandemi, di antaranya adalah keanekaragaman hayati, luas lahan, komoditas unggulan untuk ekspor dan ketahanan pangan, sistem jaminan mutu, penciptaan lapangan kerja, dan digitalisasi usaha akuakultur. Kekuatan ini menjadi modal utama untuk menghadapi tantangan budidaya di masa pandemi, yaitu krisis kesehatan dan penurunan ekonomi makro, kelesuan ekonomi mikro, terganggunya rantai pasok industri perikanan, dan kerentanan pembudidaya skala kecil. Strategi yang dilakukan yaitu pengelolaan kawasan, peningkatan produksi, peningkatan kesejahterahan, dan integrasi lintas sektor.
Prof. Ir. Moch. Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D. menyampaikan perihal tentang kondisi perdagangan Indonesia di era covid-19. Indonesia menjadi anggota ASEAN Free Trade Area (AFTA) dengan tujuan menjadikan ASEAN pusat produksi dunia, menarik investasi asing, dan menciptakan pasar regional bagi masyarakat Asia Tenggara. Surplus perdagangan Indonesia terjadi karena penurunan produk-produk impor dibandingkan produk-produk ekspor. Beberapa upaya yang bisa memperkuat ekspor Indonesia adalah memperkuat natural product, memperkuat pasar domestik, dan memberikan kejelasan mengenai kebijakan dan peraturan yang berpihak pada produk Indonesia.
Ir. Mohammad Novi Saputra memaparkan perdagangan, konsumsi pangan, dan industri seafood selama covid-19 serta trend dan tantangan seafood industry. Pandemi benar-benar mengubah kebiasaan konsumsi masyarakat dunia. Customer di US mengalami perubahan cara berbelanja menjadi cenderung berbelanja di grocery dilihat dari aktifnya layanan delivery untuk konsumsi di rumah. Akibatnya makanan yang dikonsumsi di restoran sangat menurun. Di sisi lain konsumen di beberapa negara cenderung meningkatkan konsumsi makanan sehatnya termasuk seafood. Perubahan ini sangat mempengaruhi industri seafood dari makanan siap saji menjadi makanan siap olah untuk dikonsumsi di rumah. Secara umum perubahan yang terjadi meliputi perubahan channel distribusi, perubahan orientasi nilai menjadi volume, perubahan bahan mentah menjadi siap masak/makan, perubahan retail packed menjadi custom individual, perubahan sales kontrak: semi program menjadi full program, sertifikasi, perubahan pola pelayanan dan delivery, food safety management systems. Untuk mengatasi tantangan ini industri harus bereaksi cepat, beradaptasi, dan mengubah semua faktor pergeseran saluran pasar seperti biasa baru; kategori seafood menjadi pilihan penting bagi pelanggan untuk menjaga kesehatan selama periode pandemi; industri hasil laut akan terus bertahan sebagai sektor bisnis utama.
Sementara itu, Hamzah Moch. Baabud, ST., menyampaikan materi mengenai “Peran Kemitraan dalam Mendukung Industri Rumput Laut Dalam Negeri”. Kemitraan dalam meningkatkan daya saing produk diantaranya adalah bermitra dengan industri pengguna produk, bermitra dengan koperasi daerah, serta inovasi budidaya. Strategi lainnya adalah memaksimalkan proses, meminimalkan staf, menjaga kualitas, dan sertifikasi.
Pemaparan Junita Dwi Lia H, S.Pi. antara lain mengenai pengaruh pandemi Covid-19 pada negara tujuan ekspor, pengaruh pandemi Covid-19 di Indonesia, kelebihan dan kekurangan adanya pandemi Covid-19 terhadap sektor usaha perikanan, menjaga kualitas produk seiring dengan pandemi Covid-19. Beliau juga menyimpulkan bahwa era new normal harus dihadapi dan dijadikan kebiasaan baru, komoditi udang tetap jadi primadona, raw material menjadi langka, kualitas produk yang dihasilkan harus ditingkatkan, sertifikasi perusahaan menjadi pertimbangan sangat signifikan, apresiasi terhadap dukungan pemerintah selama ini harus ditingkatkan juga.
Di akhir acara, masing-masing Narasumber menyampaikan closing statement. Prof. Ir. Moch. Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D. “Trend peningkatan produk olahan akan menjadi alternatif backbone industri perikanan kedepan, sehingga MPHPI diharapkan mampu membantu mewujudkannya”. Ir. Mohammad Novi Saputra: “Industri ini harus bisa berubah dan secara cepat untuk menghadapi shifting dari market yg terjadi sehingga tetap kompetitif dengan negara-negara pesaing”. Hamzah Moch. Baabud, ST.: “Jangan berpuas diri dengan ekspor raw material, harus dengan barang jadi dengan value yang lebih besar. Bagaimana kita bisa mensubstitusi produk2 impor dengan produk lokal”. Junita Dwi Lia H, S.Pi.: “Setiap perusahaan seharusnya memiliki mitigation planning untuk mengatasi perubahan-perubahan yg terjadi sehingga setiap perusaahan bisa bertansformasi utk memenuhi permintaan pasar”.
Penulis
Darmawan Setia Budi
PSDKU Banyuwangi
Email: darmawansetiabudi@fpk.unair.ac.id