Kalau berbicara ikan gurami, hampir dipastikan sebagian orang pasti kenal, ujar pak Rozi dengan antusias. Ini lho komoditas unggulan budidaya tawar. Banyak koq yang jual di warung-warung nasi maupun direstoran , karena apa? Kenapa orang suka ikan gurami? Ya karena ikan gurami itu memiliki tekstur daging yang baik, rasa dagingnya yang gurih serta duri dan tulang pun sedikit, ungkapnya saat wawancara dengan warta FPK.
Namun kendala utama budidaya gurami ini adalah penyakit Aeromonas hydrophila. Aeromonas ini kalau sudah mewabah bisa mortalitasnya mencapai 80-100%, seperti yang terjadi di bantul, Yogyakarta, kenang beliau saat penelitian S1 di Perikanan UGM. Akan tetapi semua ada solusi baik itu pencegahan, pengendalian maupun pengobatan. Saat ini pengobatan berbau antibiotik ataupun disinfektan kalau bisa dihindari, ujar dosen penyakit ikan ini.
Vaksin, probiotik, bioflok ataupun immunostimulan adalah solusi yang bagus untuk pencegahan penyakit. Ataupun menjaga kualitas air maupun biosekuriti adalah hal yang mutlak dilakukan bagi akuakulturis. Saat ini beliau sedangkan melaksanakan penelitian tentang “Identifikasi Fenotip dan Genotip Aeromonas hydrophila pada Ikan Gurami”. Dalam penelitian tersebut beliau menuturkan uraian penelitiannya mulai dari mencari ikan yang sakit, lalu diisolasi dan diidentifikasi dengan uji biokimia, selanjutnya diperkuat dengan deteksi PCR pada gen 16S RNA sehingga didapatkan strain murni Aeromonas. Strain Aeromonas tersebut diuji fenotip baik uji hemolisin, aerolisin, protease, dan gen virulen lainnya. poyek penelitian yang didanai oleh RKAT FPK 2017 ini adalah langkah awal beliau untuk menemukan strain Aeromonas yang nantinya dapat digunakan untuk grand research besar lainnya, salah satunya pembuatan vaksin. Imbuhnya. Outcome dari penelitian ini pun diharapkan dapat menyumbangsih jurnal terindeks Scopus guna meningkatkan peringkat Universitas Airlangga menuju 500 top rank world.
Penulis : Rozi