Usaha budidaya plankton di kota metropolis ? Pada lahan terbatas ? Dengan modal kecil ? Tanpa fasilitas laboratorium ? Apakah bisa survive berjalan ? Mungkinkah ?
Ketertarikan terhadap potensi perikanan sudah muncul begitu belajar di Fakultas Perikanan dan Kelautan sebagai mahasiswa baru. Berawal dari kuliah Planktonologi di semester 1, saat itu Bapak Soedarno sebagai PJMK Mata Kuliah Planktonologi menjelaskan tentang mahkluk kecil di air yang bernama plankton. Di situlah Joan Reza baru mengenal jenis-jenis plankton beserta manfaatnya. Rupanya ketertarikannya terhadap manfaat plankton yang tidak dia duga sebelumnya, membawa hasratnya untuk terus berburu lebih jauh tentang plankton. Setelah selesai kuliah, dikejarnya dosen tersebut saat keluar kelas, untuk mengajukan pertanyaan tentang bagaimana cara mendapatkan plankton yang bermanfaat dari alam, untuk dikembangbiakkan. Rupanya, walau belum mendapatkan MK Budidaya Pakan Alami, dia sudah kepikiran tentang bagaimana mengisolasi plankton, suatu upaya memisahkan jenis plankton yang diinginkan dari alam dan mengkulturnya sebagai isolat murni. Mendapat jawaban positif dari sang Dosen, Joan Reza pun semakin tertarik untuk terus mempelajari lebih dalam tentang kultur plankton secara mandiri.
Semester 5, Joan Reza mencurahkan pengetahuan yang telah didapatkan tentang plankton dalam ajang ilmiah mahasiswa dengan membuat karya tulis untuk dilombakan dalam PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa) dengan judul “Biofuel from Microalgae”, walaupun saat itu belum finish karena terbentur pemikiran bahwa harga biofuel yang tentunya akan mahal karena belum banyak pembudidaya plankton di Indonesia. Hasratnyapun berkembang untuk mencoba mendalami akar permasalahan kersediaan isolat plankton dengan mempelajari kultur plankton lebih jauh, dengan harapan bahwa apabila kultur plankton sudah memasyarakat, pastilah banyak peluang kerja bisa didapatkan dengan mengeksplor manfaat plankton untuk berbagai produk kebutuhan manusia. Rasa penasaran untuk mencoba budidaya plankton semakin membuncah setelah mendapat Mata Kuliah Budidaya Pakan Alami di semester 5.
Semester 7, tahun 2016, Joan Reza mencoba memulai usaha fitoplankton berbekal ilmu yang sudah didapat. Keyakinan bahwa banyak sekali potensi mikroalga yang dapat digali, menyulut kreatifitasnya untuk mengkultur plankton di rumah, dengan peralatan seadanya. Prinsip Joan Reza adalah bagaimana menerapkan point-point atau standar-standar penting pada kondisi serba keterbatasan, mengkreasikan apa yang tersedia lapang sehingga budidaya plankton dapat terlaksana. Respon positif berdatangan dari masyarakat kampus almamaternya maupun dari universitas lain yang memerlukan isolat murni untuk penelitian. Dari sini, tahun 2017, Joan Reza membangun usaha budidaya plankton bernama “Green Gold” yang diilhami dari betapa banyaknya manfaat berharga dari plankton. Green mewakili hijau (klorofil), falsafah dari usaha mengubah hal sederhana menjadi sangat bermanfaat dan Gold untuk Emas (berharga / bernilai tinggi), falsafah dari tingginya kemanfaatan plankton untuk kehidupan manusia. Usaha ini ia bangun sedikit demi sedikit dengan modal uang saku untuk membeli perlengkapan usaha. Rak buku di kamarnyapun, dia sulap untuk rak kultur plankton.
Produk yang dijual saat ini tidak hanya isolat murni berbagai jenis plankton, namun juga pupuk plankton racikan Joan Reza sendiri, dried plankton, masker Spirulina, serta berbagai sarana budidaya plankton seperti saringan plankton (plankton net), dan sebagainya. Sebagai kaum muda kekinian, untuk membranding usahanya, Joan Reza membuat akun Spirulinagreengold untuk memudahkan masyarakat mengenal dan mengikuti perkembangan produknya. Memanfaatkan media sosial untuk menginformasikan usahanya dengan jangkauan lebih luas, maka semakin banyak pula masyarakat memesan isolat plankton hasil budidayanya. Pesanan pengiriman datang dari berbagai kalangan masyarakat di berbagai daerah. Dari kalangan ilmiah untuk penelitian, pemesanan datang dari beberapa universitas di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatra. Sedangkan praktisi seperti pembudidaya ikan hias, udang, burung dan cacing di berbagai daerah juga sudah banyak yang membutuhkan produk Joan Reza. Ditambah lagi, kaum hawa baik dosen, teman mahasiswa juga masyarakat yang ingin berkulit sehat, memanfaatkan masker Spirulina yang disediakannya. Respon positif dari masyarakat inilah membuat usaha Green Gold berjalan sejak Januari 2017 hingga sekarang.
Berkaca dari kejelian dan semangat Joan Reza, kita bisa belajar bahwa focus dan kesungguhan adalah kunci untuk menemukan peluang. Keyakinan dan kontinyuitas mampu mewujudkan peluang menjadi kenyataan. Ayo, siapa mau mengikuti jejak semangatnya ??? Bersiaplah menjadi bukan orang kebanyakan !!!
Penulis:
Endang Dewi Masithah
Departemen Kelautan
Email: endang_dm@fpk.unair.ac.id