Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

LIMBAH CANGKANG KERANG KAMPAK (Atrina pectinata) DAPAT DIOLAH MENJADI BAHAN BAKU KITOSAN

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

LIMBAH CANGKANG KERANG KAMPAK (Atrina pectinata) DAPAT DIOLAH MENJADI BAHAN BAKU KITOSAN

LIMBAH CANGKANG KERANG KAMPAK (Atrina pectinata) DAPAT DIOLAH MENJADI BAHAN BAKU KITOSAN

Kitosan merupakan salah satu bahan biologis yang sangat berpotensi sebagai bahan koagulan yang ramah lingkungan. Karena berdasarkan struktur kimianya, kitosan memiliki gugus aktif amina (NH2). Adanya pasangan elektron bebas dari atom nitrogen pada gugus amina, menyebabkan gugus tersebut bersifat elektronegatif dan sangat reaktif mengikat ion-ion logam. Kitosan didapatkan dari berbagai sumber seperti limbah udang, limbah kerang, dan limbah rajungan yang memiliki kandungan protein, mineral dan kitin.

Deproteinasi merupakan proses pemisahan protein dari kitin yang dimana menggunakan basa kuat sebagai pelarutnya. Deproteinasi bertujuan mengurangi kadar protein dengan menggunakan larutan alkali encer dan pemanasan yang cukup (Yunizal, 2001). Larutan alkali encer yang digunakan seperti NaOH dan KOH. Kandungan kitin pada cangkang kerang berkisar 14 – 35% (Sinardi, 2013). Hal ini tidak berdeda dengan kitin udang yaitu 20 – 30 % (Srijanto, 2003) sehingga berpotensi sebagai substitusi kitosan dari limbah udang.

Nilai rendemen kitosan yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 13.55% – 28.42%. Nilai derajat deasetilasi kitosan kerang kampak berkisar antara 64.82% – 77.86%. Pada pengujian kadar air, rata – rata kadar air kitosan pada penelitian ini berkisar antara 0.46% – 2.68%. Pada uji kadar abu kitosan, nilai hasil pengujian berkisar 80.94% – 88.12%. Menurut Suptijah (2006) tinggi rendahnya nilai rendemen kitosan disebabkan oleh tingkatan suhu dan lamanya proses reaksi tiap tahapan pembuatan kitosan. Nilai derajat deasetilasi kitosan akan mengalami peningkatan dengan sejalan meningkatnya konsentrasi NaOH yang digunakan.

Pada penelitian kali ini dihasilkan kitosan dengan warna putih dengan sedikit kecoklatan serta memiliki pH netral. Aides (2011) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kadar air kitosan lebih kecil dibandingkan dengan sampel bahan baku. Dompeipen dkk (2016) yang menyebutkan bahwa besarnya kadar air pada kitosan kemungkinan disebabkan oleh masih adanya protein yang melingkupi rantai kitin karena gugus peptina pada rantai protein potensial mengikat molekul air.  Tingginya hasil kadar abu pada kitosan yang dihasilkan memperlihatkan tidak sempurnanya proses demineralisasi yang dilakukan sehingga belum sepenuhnya mampu menghilangkan mineral-mineral anorganik dalam kulit udang, terutama kalsium karbonat dan kalsium fosfat. Hastuti (2015) mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas tahap demineralisasi yaitu suhu, waktu, dan konsentrasi pelarut yang digunakan.

Substitusi pelarut KOH memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil rendemen dan kadar air namun memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap nilai kadar abu sedangkan pada nilai derajat deasetilasi memberikan hasil yang baik pada perlakuan KOH 4%. Lama proses pada tiap tahapan dan suhu dapat

Referensi

Aldes, L., S. Yusuf, dan R. A. Mika Melviana. 2011. Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla serrata). Jurnal Penelitian Sains. 14(3).

Dompeipen, E. J., M. Kaimudin, dan R. P. Dewa. 2016. Isolasi Kitin dan Kitosan dari Limbah Kulit Udang. Balai Riset dan Standarisasi Industri Ambon. Majalah BIAM 12 (01). ISSN 2548-4842.

Hastuti, B., dan N. Tulus. 2015. Sintesis Kitosan Dari Cangkang Kerang Bulu (Anadara inflata) sebagai Adsorben Ion Cu2+. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VII. 11 hal.

Sinardi, P. Soewondo, dan S. Notodarmojo. 2013. Pembuatan, Karakterisasi dan Aplikasi Kitosan dari Cangkang Kerang Hijau (Mytulus verdis Linneaus) Sebagai Koagulan Penjernih Air. KoNTekS 7. 24-26 Oktober 2013, Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS).

Srijanto, B. 2003. Kajian Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kitin dan Kitosan Secara Kimiawi. Prosiding seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia. Volume I, hal. F01-1 – F01-5.

Suptijah, P. 2006. Kajian Efek Daya Hambat Kitosan Terhadap Kemunduran Mutu Fillet Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) Pada Penyimpanan Suhu Ruang. Buletin Teknologi Hasil Perikanan, 11(2).

Yunizal. 2001. Ekstraksi Khitosan dari Kepala Udang Putih (Penaeus merguensis). J. Agric., 21(3): 113-117.

Penulis
Diandra Hartono
Mahasiswa FPK – UNAIR
Email: Diandra.hartono@outlook.com

Loading

5/5

FPK NEWS

BAGIKAN