Ekosistem hutan mangrove merupakan hutan pada wilayah pasang surut, terutama pada pantai terlindung, laguna dan muara sungai tergenang dalam waktu pasang, serta komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Menurut Waryono (2000) hutan mangrove merupakan komunitas flora pada wilayah pasang surut. Kondisi habitat tanah berlumpur, berpasir, atau lumpur berpasir. Ekosistem hutan itu diklaim sebagai ekosistem hutan payau lantaran masih berada di wilayah payau (estuarin), yaitu wilayah perairan menggunakan kadar garam/salinitas antara 0,5 – 30 ppt.
Secara sederhana, kawasan mangrove umumnya terbagi menjadi 4 zona, yaitu mangrove terbuka, tengah, payau, dan daratan.
Mangrove Terbuka
Komiyama et al. (1988) menemukan bahwa di Halmahera, Maluku, zona ini didominasi oleh Sonneratia alba. Komposisi floristik dari komunitas terbuka sangat bergantung pada substratnya. S. alba cenderung mendominasi wilayah berpasir, sementara Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung mendominasi wilayah berlumpur.
Mangrove Tengah
Zona tengah terletak di belakang mangrove zona terbuka. Umumnya jenis Rhizophora yang mendominasi. Namun, Samingan (1980) menemukan di Karang Agung didominasi oleh Bruguiera cylindrica.

Ilustrasi zonasi mangrove (Koroy et al., 2020)
Mangrove Payau
Zona didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Penelitian oleh Giesen & van Balen (1991) di mulut Sungai Barito, Kalimantan Selatan atau di mulut Sungai Singkil, Aceh, menyatakan bahwa Sonneratia caseolaris lebih dominan daripada Nypa.
Mangrove daratan
Zona daratan memiliki perairan payau atau hampir tawar, terletak di belakang jalur hijau mangrove. Umumnya didominasi oleh Ficus microcarpus, Intsia bijuga, Nypa fruticans, Lumnitzera racemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 1993). Dari tiga zona lainnya, zona ini termasuk zona terkaya, sebab memiliki beragam jenis mangrove di dalamnya.
#FPKUA #Biodiversity #Mangrove ecosystem #Plants
Referensi
Giesen, W., van Balen, S. 1991. Several Short Survey of Sumatran Wetlands: Notes and observations. PHPA/AWB Sumatra Wetlands Project Report No. 26. Bogor: Asian Wetland Bureau, 98 hal.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 1993. Kumpulan peraturan pengendalian kerusakan pesisir dan laut. Deputi bidang Peningkatan Konservasi Sumberdaya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan.
Komiyama, A., Ong, J.E., & Poungparn, S. 1988. Allometry, biomass, and productivity of mangrove forests: A review. Aquatic Botany, 89(2):128-1.
Koroy, K., Muhammad, S.H., Nurafni., et al. 2020. Pola Zonasi Vegetasi Ekosistem Mangrove di Desa Juanga Kabupaten Pulau Morotai. Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, 4(1): 11-18.
Samingan, M.T. 1980. Notes on The Vegetation of The Tidal Areas of South Sumatra, Indonesia with Special Reference to Karang Agung. International Social Tropical Ecology, Kuala Lumpur. hal 1107-1112.
Waryono, T. 2000. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Ekosistem Mangrove. Diskusi Panel Program Studi Biologi Konservasi. Jakarta : FMIPA-UI.
Penulis : Viradyah Lulut Santosa (Akuakultur, 2019)
Editor : Esza Rezky Amaliandini (Akuakultur, 2017)