Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

Melaut Menjadi Sehat: Menggali Potensi Perikanan dan Kelautan sebagai Agen Antihipertensi

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Melaut Menjadi Sehat: Menggali Potensi Perikanan dan Kelautan sebagai Agen Antihipertensi

Bagikan

Menggali Potensi Perikanan dan Kelautan sebagai Agen Antihipertensi

Hipertensi atau yang dikenal dengan tekanan darah tinggi merupakan “silent killer” dimana penyakit ini dapat menyebabkan serangan jantung dan meningkatkan resiko kematian tanpa adanya gejala yang dimunculkan. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan peningkatan jumlah penderita hipertensi yang pada tahun 2013 hanya berkisar 25,8% meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2018. Umumnya penderita hipertensi memiliki tekanan darah pada nilai 140/90 mmHg atau lebih dimana kondisi ini akan menjadi berbahaya karena akan menyebabkan munculnya penyakit seperti stroke, gagal ginjal dan gagal jantung. Oleh karena itu, perlu adanya suatu terapi obat untuk menekan laju tekanan darah tersebut.

 

Renin angiotensin aldosterone system (RAAS)

mempunyai peranan penting dalam mengatur tekanan darah dan keseimbangan cairan sehingga dapat dijadikan target terapi untuk menanggulangi permasalahan hipertensi. Di dalam RAAS, angiotensin-I converting enzyme (ACE) akan mengkatalisis angiotensin I (Asp-Arg-Val-Tyr-Ile-His-Pro-Phe-His-Leu) menjadi angiotensin-II (Asp-Arg-Val-Tyr-Ile-His-Pro-Phe), dari decapeptide ke octapeptide. Angiotensin-II berkontribusi untuk merangsang pelepasan aldosteron dan hormon antidiuretik atau vasopresin dan meningkatkan retensi natrium dan air serta vasokonstriktor yang secara langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sehingga ACE ini harus dihambat kerjanya oleh suatu senyawa inhibitor. Beberapa ACE inhibitor sintetik telah banyak ditemui seperti captopril, Lisinopril, enalapril, benazepril yang penggunaannya memiliki efek samping seperti pusing, batuk, ataupun ruam di kulit.

 

Saat ini, ACE inhibitor yang didapat dari bioktif peptida mulai diteliti ke ranah perikanan dan kelautan sebagai bahan bakunya. Organisme laut menghasilkan beberapa sumber bahan fungsional seperti peptida bioaktif, enzim, asam lemak tak jenuh ganda (PUFA), vitamin, mineral, fenolik phlorotannins, dan polisakarida. Selain itu, organisme laut menjanjikan prospek yang sangat baik untuk pengembangan industri seperti obat-obatan, kosmetik, bahan kimia, suplemen gizi dan agen terapi. Inhibitor alami dari perikanan dan kelautan diyakini tidak memiliki efek samping, lebih aman dan sehat jika dibandingkan dengan obat sintetik. Beberapa tahun terakhir, penelitian tentang potensi perikanan dan kelautan sebagai ACE inhibitor sudah banyak diteliti mulai dari soft shelled turtle, fermented mackerel, sardine muscle, Alaskan Pollack skin, marine shrimp, salmon chum, yellowfin, squid skin collagen, Spirulina platensis, dan Chlorella vulgaris.

 

Sebagai contohnya, soft shelled turtle telah diselidiki sebagai peptida penghambat ACE yang potensial karena keberadaannya telah banyak digunakan sebagai tonic food di Cina. Peptida IVRDPNGMGAW diperoleh dari putih telur memiliki nilai IC50 sebesar 4,39 μM. Peptida diidentifikasi sebagai inhibitor kompetitif. Di sisi lain, peptida AKLPSW yang diperoleh dari kuning telurnya juga memiliki aktivitas penghambatan ACE dengan nilai IC50 sebesar 15,3 µM dan diidentifikasi sebagai inhibitor non-kompetitif. AKLPSW juga secara signifikan mengurangi systolic blood pressure (SBP) dengan pengurangan sekitar 13 mmHg pada 6 jam setelah pemberian oral, yang menunjukkan efek antihipertensi pada peptide AKLPSW.

 

Referensi:

Pujiastuti, D. Y., Shih, Y. H., Chen, W. L., Sukoso, & Hsu, J. L. (2017). Screening of angiotensin-I converting enzyme inhibitory peptides derived from soft-shelled turtle yolk using two orthogonal bioassay-guided fractionations. Journal of Functional Foods, 28(November 2016), 36–47.

Wijesekara, I., & Kim, S. K. (2010). Angiotensin-I-converting enzyme (ACE) inhibitors from marine resources: Prospects in the pharmaceutical industry. Marine Drugs, 8(4), 1080–1093.

 

Penulis:
Dwi Yuli Pujiastuti
(Departemen Kelautan)
Email: dwiyp@fpk.unair.ac.id

Loading

5/5