Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

Mengatasi Permasalahan Pembudidaya Ikan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Gandeng FPK UNAIR Laksanakan Pelatihan Kesehatan Ikan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Mengatasi Permasalahan Pembudidaya Ikan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Gandeng FPK UNAIR Laksanakan Pelatihan Kesehatan Ikan

Bagikan

Berita FPK, 26/09/2017. Menindaklanjutin keluhan masyarakat pembudidaya Ikan kabupaten Blitar tentang permasalahan kualitas air dan penyakit ikan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar, Bidang Kesehatan Ikan dan Lingkungan kembali menjawab tantangan tersebut dengan mengadakan acara yang bertemakan “Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Hama Penyakit Ikan Air Tawar”. Acara yang dilaksanakan bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR tersebut dihadiri tidak kurang dari 30 peserta dari 8 kelompok pembudidaya ikan yang berasal dari 8 kecamatan yang berbeda diantaranya; Udanawu, Wonodadi, Sanankulon, Kademangan, Kanigoro, Sutojayan, Selopuro, dan Wlingi.

Agar para pembudidaya ikan terhindar dari kerugian ekonomis, bahkan gagal panen, maka para akuakulturis dan calon akuakulturis perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penanggulangan hama dan penyakit serta mampu mencegah dan mengatasi dropnya kualitas air yang terjadi pada ikan pemeliharaannya, maka mereka perlu dibekali pengetahuan mengenai Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sesuai kebijakan KKP yang digencarkan ibu Menteri Perikanan dan Kelautan

Pemateri pertama, Arif Muttaqin, S.Pi memaparkan 5 parameter penting kualitas air pada budidaya air tawar;DO, pH, Ammonia, Nitrit dan Nitrat, dimana acara tersebut dimoderatori oleh Didin Mariana Rahayu, S.Pi.

Salah satu yang dianggap sering menjadi penghambat utama budidaya ikan terbesar adalah dropnya beberapa parameter kualitas air tawar seperti menurun kadar oksigen terlarut, pH bersifat asam, dan tingginya ammonia sehingga ikan mudah stress dan mengakibatkan turunnya sistem imunitas pada tubuh ikan. Keracunan yang bayak dikenal adalah yang disebabkan oleh ion NO2– dan NH3. Tetapi ini terjadi hanya pada kondisi lingkungan tertentu, misalnya sisa feces, penimbunan lumpur dan sisa pakan yang banyak dikolam ikan.

Pembicara kedua, Rozi, S.Pi., M.Biotech.  Penyakit dalam dunia perikanan merupakan trauma berkepanjangan, yang hingga saat ini belum terpecahkan secara tuntas. Selain itu memasuki dunia pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), penggunaan antibiotik sedemikian rupa hendaknya dikurangi bahkan ditinggalkan sejak dini. Karena dinegara maju seperti Amerika dan Masyarakat Ekonomi Eropa melarang  penggunaan antibiotik, contohnya Amerika Serikat (AS) telah menghentikan impor ikan patin asal Vietnam. Salah satu penyebabnya adalah karena diduga ikan patin asal Vietnam mengandung zat antibiotik.

“Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan  melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjdi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit. Sebenarnya dapat dihindari apabila petani mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai cara menjaga keserasian antara ketiga komponen penyebab penyakit itu. Mottonya dalam menghindari penyakit ikan adalah pencegahaan lebih baik dari pada pengobatan, jika terpaksa, pengobatan sebaiknya menggunakan tumbuhan herbal saja disekitar yang memiliki kandungan antimikroba yang bersifat bakterisidal”, Ujar Dosen FPK UNAIR ini.

Diakhir materi, Ia pun memutar video tentang Sistem RAS Aquaponik, Budidaya lele dengan sistem RAS (Resirculating Aquaculture System) aquaponic yang terbukti hemat lahan dan air dengan produksi ganda berupa ikan dan sayuran. Secara teknis aquaponik mampu meningkatkan produksi pembudidaya ikan.  Hal ini dapat terjadi karena teknologi aquaponik merupakan gabungan teknologi aquakultur dengan teknologi hidroponik (bercocok tanam tanpa tanah) untuk mengoptimalkan fungsi air dan ruang sebagai media pemeliharaan. Kelebihan lainnya adalah jarang terjadi penyakit hal tersebut dikarenakan memanfaatkan probiotik, vitamin bahkan vaksin.
“Bagi anda yang punya hobi berkebun dan memelihara ikan, sistem ini sangatlah cocok. Ia juga menuturkan FPK UNAIR saat ini telah berhasil menerapkannya”, terangnya.

Acara inipun makin menarik saat pembudidaya ikan dengan antusias banyak bertanya terkait permasalahan teknik budidaya ikan dilapangan. Contohnya saja salah satu peserta yang bernama Bapak. Abdul majid, Bagaimana cara mengatasi benih ikan lele moncong putih dan suka menggantung? dan solusi ikan gurami mati saat penebaran ?

Pembudidaya tampak semangat menjelang berakhir acara ketika disesi penutupan acara ini satu persatu sampel air diumumkan hasil deteksinya, takala menariknya dooprize berupa probiotik pun didapatkan.

Penulis : Rozi
Editor    : Annur Ahadi

Loading

5/5