Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

Mengungkap Misteri Vibrio: Ancaman Tersembunyi Bagi Industri Udang

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Mengungkap Misteri Vibrio: Ancaman Tersembunyi Bagi Industri Udang

Bagikan

Meningkanya minat konsumen terhadap konsumsi udang membuat geliat budidaya udang di Indonesia kembali cerah. Budidaya udang, mulai dari sistem tradisional hingga superintensif, sudah banyak dilakukan dan dikembangkan demi mencapai hasil yang optimal. Kendati demikian, hasil produksi udang di Indonesia sulit menembus pasar internasional karena tidak memenuhi standar mutu negara konsumen.

Kualitas udang harus terjamin sejak mulai larva hingga panen (dewasa), salah satunya harus bebas bakteri patogen, antibiotik dan pengawet. Salah satu penyakit yang umum ditemukan pada udang budidaya adalah vibriosis, disebabkan oleh bakteri dari genus Vibrio. Dari penelitian yang dilakukan Sarjito et al. (2015) di Kendal, ditemukan bahwa spesies yang menyebabkan vibriosis pada udang vaname adalah Vibrio vulnificus, Vibrio mimicus, Vibrio damsella, Vibrio  parahaemolytics, dan Vibrio fluvialis.

 

Karapas memerah, melanosis pada kulit, kemerahan pada kaki renang dan kaki jalan, hepatopankreas yang memerah atau menggelap serta ditemukannya nekrosis pada ekor adalah ciri umum udang yang terkena vibriosis (Sarjito et al., 2015). Gejala lainnya adalah udang berenang di dekat aerasi, gerakan pasif dan mengeluarkan feses berwarna putih. Penyakit ini sering dijumpai pada larva udang dan dapat menyebabkan kematian sehingga berdampak pada meruginya usaha budidaya.

Ternyata, bakteri ini tidak hanya menyerang udang. Tercatat bahwa Vibrio fluvialis juga menginfeksi rumput laut (Arisandi et al., 2017) dan ikan kerapu (Sarjito et al., 2015). Pada rumput laut, bakteri ini menyebabkan penyakit ‘ice-ice’ yang bercirikan memutihnya bagian pangkal dan tengah thallus, termasuk pada thallus muda. Penyakit ini menyebar dengan cepat pada musim kemarau. Penyebaran dan pertumbuhan bakteri vibrio dalam erat kaitannya dengan kualitas air. Vibrio bersifat halofilik, dapat tumbuh dengan baik pada rentang salinitas yang luas. Tercatat bahwa bakteri ini dapat tumbuh dengan normal pada salinitas di bawah 100 ppt. Namun, suhu yang rendah bukan merupakan sarana baik bagi Vibrio untuk bertumbuh. Hal ini karena suhu air yang tinggi dapat menyebabkan air menguap dan meningkatkan salinitas.

 

 

Salah satu cara untuk menekan pertumbuhan bakteri Vibrio adalah dengan pemberian biokontrol. Biokontrol yang umumnya digunakan adalah probiotik yang memiliki peran menjaga kualitas air tetap baik sehingga tidak sesuai untuk pertumbuhan Vibrio. Baru-baru ini, rumput laut jenis Gracillaria verrucosa di uji sebagai biokntrol Vibrio dan terbukti mampu menekan pertumbuhan bakteri tersebut serta mempercepat proses penyembuhan udang yang terkena infeksi (Anton et al., 2020). Penelitian ini masih perlu pengembangan lebih lanjut karena walaupun berhasil menekan populasi vibrio, namun tidak signifikan terhadap perbaikan kelangsungan hidup udang.

Gejala klinis udang yang terserang vibriosis (Sumber: Anton et al., 2020)

#FPKUA #Shrimp #Fisheries #Water quality

Referensi :

Anton, Yunarty, Kurniaji, A. 2020. Penggunaan Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) sebagai Agen Biokontrol pada Polikultur Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) untuk Mencegah Infeksi Vibrio harveyi. Jurnal Airaha, IX(2): 137-141.

Arisandi, A., Wardani, M.K., Badami, K., et al. 2017. Dampak Perbedaan Salinitas Terhadap Viabilitas Bakteri Vibrio fluvialis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 9(2): 91-97.

Sarjito, Apriliani, M., Afriani, D., et al. 2015. Agensia Penyebab Vibriosis pada Udang Vaname (Litopenaeus gariepinus) yang Dibudidayakan secara Intensif di Kendal. Jurnal Kelautan Tropis, 18(3): 189-196.

 

Penulis : Esza Rezky Amaliandini (Akuakultur 2017)

Editor : Desi Rahmadhani (Akuakultur 2020)

Loading

5/5