Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

Menyibak Tabir ‘Devil’s Triangle’ Berdasarkan Kacamata Sains

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Menyibak Tabir ‘Devil’s Triangle’ Berdasarkan Kacamata Sains

“Laut tidak perlu menjelaskan sedalam apa isinya, laut diam namun menenggelamkan”

Ungkapan itu mungkin tidak asing terdengar di telinga masyarakat, tentang keunikan laut dengan sejuta pesona dan juga misterinya. Devil’s triangle atau lebih populer dengan nama segitiga bermuda merupakan bagian dari wilayah lautan yang terletak pada Samudra Atlantik seluas 1,5 juta mil2. Spekulasi teori-teori tentang misteri segitiga bermuda tampaknya bermula ketika Christoper Colombus yang tengah mengarungi wilayah tersebut dengan kapalnya; Nina, Pinta, dan Santa Maria. Colombus merasa aneh ketika kompas yang ia pakai bergerak kacau, ketidakcocokkan antara arah utara yang sebenarnya dengan utara pada magnetik.

Mengenai legenda tentang misteri segitiga bermuda ini terpicu oleh peristiwa kecelakaan pesawat pembom yang terjadi pada 5 Desember 1945 silam yang hilang begitu saja tanpa jejak. Meskipun telah memakan banyak korban yang hilang dalam pusaran segitiga bermuda, oleh Lloyd’s London yang merupakan sebuah perusahaan asuransi di bidang laut menampik pernyataan bahwa wilayah segitiga bermuda sangat berbahaya, wilayah itu sama saja dengan lautan pada umumnya. Berikut fakta-fakta sains mengenai misteri segitiga bermuda.

Blue Hole: gua di dalam devil’s triangle

Terciptanya gua di dalam segitiga bermuda memang pernah ada, namun sejak berakhirnya zaman es keberadaan gua yang disebut sebagai blue hole ini tertutup begitu saja. Keberadaan blue hole tidak serta merta raib begitu saja, gua tersebut memiliki arus kuat yang dapat membuat pusaran yang berpotensi untuk mengisap. Hal inilah yang nampaknya menjadi teori sains paling masuk akal mengapa banyak pesawat, kapal, dan manusia yang hilang tanpa bekas pada segitiga bermuda.

Segitiga bermuda penghasil gas metana terbesar di dunia

Metana merupakan senyawa gas kimia yang sangat kuat dan berbahaya, emisi gas rumah kaca yang bahkan 23 kali lipat lebih berbahaya daripada senyawa CO2. Tahun 1981 peneliti menemukan bahwa segitiga bermuda memiliki kandungan metana dalam jumlah besar. Selain adanya blue hole, temuan gas metana pada segitiga bermuda juga menjadi faktor pemicu terjadinya kecelakaan pada areal laut ini.

Arus teluk dan kedalaman palung pada segitiga bermuda

Diketahui arus teluk yang ada di areal segitiga bermuda berasal dari Teluk Meksiko dan mengalir melalui Selat Florida ke Atlantik Utara. Luasnya yang mencapai 40 hingga 50 mil lautan sangat memungkinkan untuk membawa puing-puing pesawat maupun kapal hingga kecepatan 5,6 mil per jam. Sedangkan untuk palungnya, segitiga bermuda masuk dalam kategori palung terdalam di dunia dengan kedalaman hampir 10.000 meter. Fakta ini membuktikan bahwa kapal yang hilang secara misterius sangat masuk akal apabila ditelan oleh laut ke parit mengingat gelombangnya yang begitu tinggi.

Segitiga Bermuda (Sumber: sumut.idntimes.com)

Referensi:

Ma’ruf, M. 2018. Fenomena Segitiga Bermuda Menurut Pandangan Filsafat dan Sains. Jurnal Filsafat Indonesia, 1(2): 80–84.

 

Penulis : Linda Kartika Sari (Teknologi Hasil Perikanan 2019)

Editor : Ridwansyah (Akuakultur 2019)

Loading

5/5

FPK NEWS

BAGIKAN