Warta FPK — Produk diversifikasi pangan di bidang perikanan sedang gencar-gencarnya dilakukan, peluang bisnis yang terbuka lebar dan melimpahnya sumber daya ikan membuat para wirausahawan muda berani berkecimpung di bidang start-up. Bubur “MP-ASI MILFISH” merupakan diversifikasi produk dari ikan patin yang diciptakan oleh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Diprakarsai oleh Maulida Agustina, Annisa Nur Rohmah Purnamasari, dan Ida Ayu Puspitasari (mahasiswi Teknologi Hasil Perikanan tahun 2017), inovasi bisnis ini turut melibatkan Sumber Nurhadi (mahasiswa Akuakultur 2017) dan Anis Durotul Farida (mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2018) dalam event Kompetisi Inovasi Bisnis Mahasiswa yang diselenggarakan pada Oktober tahun 2020 lalu.
“Awalnya Milfish dibuat berdasarkan latar belakang banyaknya Mom working yang kesulitan dalam memenuhi asupan gizi MP-ASI para Baduta (Bayi usia 6 bulan – anak usia 2 tahun, Red). Produk kami hadir sebagai inovasi bubur yang praktis, efisien, dan tentunya ekonomis. Selain itu, Milfish tidak mengandung zat alergen seperti gluten yang umumnya banyak kita temui pada produk bubur bayi lain,” terang Sumber Nurhadi yang ditemui melalui telewicara Sabtu (27/03/2021).
Lebih lanjut, pemuda yang akrab disapa Sumber ini, mendeskripsikan terkait awal diciptakannya Milfish. Melalui survei dan analisis langsung di lapangan, produk Milfish terbuat dari bahan baku utama ikan patin yang kaya akan omega-3 dengan kandungan proksimat dan mineral yang lebih tinggi dibandingkan produk bubur lainnya. Adapun rumah produksinya sendiri terletak di Surabaya, kediaman Annisa Nur Rohmah Purnamasari. Milfish diedarkan secara resmi di pasaran baik offline maupun online pada Juli 2020 hingga saat ini yang dibanderol dengan harga Rp15.000,00 berisikan 4 sachet yang dikemas secara travel friendly.
“Terkait kendala produksi, kami sering mendapatkan harga bahan baku yang fluktuatif dan masyarakat cenderung asing dengan produk kami. Selain itu, dalam menembus pasar diperlukan beberapa sertifikasi produk yang cukup memakan banyak waktu,” ujar Sumber.
Milfish saat ini masih dalam tahap pengujian lebih lanjut agar memenuhi standar di pasaran. Diketahui start-up yang telah diprakarsai oleh Sumber dan kawan-kawannya ini, berhasil mengantarkan mereka pada event Kompetisi Inovasi Bisnis Mahasiswa tahun 2020 hingga tahap investor talk. Meskipun tidak sampai pada tahapan acara awarding KIBM 2020, produk Milfish ciptaan mereka mampu menjangkau penjualan di sekitar wilayah Surabaya dan juga kota penyangga yang meliputi Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto.
“Dalam menjaga penjualan Milfish yang bersifat fluktuatif, kami melakukan penjualan secara pre-order agar kualitas produk bisa terjaga dan tidak terlalu banyak stok produk,” jawab Sumber ketika ditanya mengenai taktik penjualan.
Diproyeksikan laba kotor yang nantinya dihasilkan melalui penjualan Milfish berkisar antara 5 hingga 6 jutaan, pada sesi wawancara tersebut Sumber juga mengemukakan bahwa Milfish mudah diakses pembeliannya secara offline maupun e-commerce digital seperti Shopee dan Tokopedia. Secara offline, untuk para konsumen dapat langsung mengunjunginya di Jalan Mulyorejo Utara No. 193 B Surabaya yang merupakan tempat kos dari Maulida Agustina.
“Pesan saya untuk para mahasiswa, selagi masih punya kesempatan ikutilah banyak kegiatan. Misalnya saja KIBM ini, karena banyak sekali hal-hal baru yang akan kalian dapatkan dari event keren ini. Nantinya kalian bisa ketemu dan sharing dengan para pebisnis dan owner dari banyak start-up. Satu hal yang harus digaris-bawahi jangan takut gagal kalau ingin maju karena kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Tidak hanya itu, sebagai mahasiswa FPK kalian bisa eksplorasi produk perikanan yang masih belum termanfaatkan dengan baik. Semangat dan sukses selalu ya, jangan lupa buat mampir ke lapak kami di akun Instagram @milfish1,” pesan Sumber di akhir sesi wawancara.
Sesi Presentasi pada Tahapan Monitoring dan Evaluasi event KIBM 2020
(Sumber: Istimewa)
Penulis : Linda Kartika Sari (Teknologi Hasil Perikanan, 2019)
Editor : Shafa Aisyah Rahmalia (Akuakultur, 2020)