POTENSI RUMPUT LAUT COKELAT SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI PATOGEN VIBRIO SPP
Budidaya perikanan merupakan bentuk pemeliharaan dan penangkaran berbagai macam hewan atau tumbuhan perairan, yang dimulai dari proses pemeliharaan untuk meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur, pemberian pakan, perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap serangan penyakit dan pemanena. Dalam budidaya intensif banyak permasalahan yang timbul seperti padatnya densitas populasi, rendahnya kualitas dan kuantitas pemberian pakan serta kualitas air. Jenis penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri patogen adalah vibriosis (Vibrio spp.), red spot (Pseudomonas spp.), furunkulosis (Aeromonas salmonicida), MAS (Motil Aeromonas Septicemia) oleh Aeromonas hydrophila dan penyakit mulut merah (red-mouth disease) oleh Yersinia sp.
Ikan yang terjangkit penyakit – penyakit tersebut dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar, yang tanpa penanganan dapat menyebabkan kematian massal organisme. Untuk mengatasi permasalahan ini, selain perbaikan kondisi budidaya, maka penggunaan antibiotik guna mengobati penyakit infeksi bakteri sangat dianjurkan. Rumput laut atau makroalga merupakan salah satu organisme laut yang berperan dalam siklus rantai makanan sebagai produser primer. Untuk mempertahankan diri dalam habitatnya, rumput laut memproduksi berbagai senyawa yang terdiri dari senyawa primer yang merupakan senyawa yang dihasilkan oleh makhluk hidup dan bersifat essensial bagi proses metabolisme sel seperti fikokoloid, vitamin, asam lemak tak jenuh (UFA) dan karbohidrat. Senyawa sekunder (metabolit sekunder) adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid, dan alkaloid, fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. metabolit sekunder berperan sebagai alat pertahanan inang (host) terhadap patogen, parasit, predator, kompetitor dan epibiota dan produksinya sangat tergantung pada kondisi biogeografi. Sifat metabolit sekunder sebagai alat pertahanan diri organisme laut ternyata mempunyai potensi yang sangat besar sebagai sumber bahan obat berbagai penyakit.
Salah satu upaya yang di lakukan adalah pemanfaatan dan penggunaan antibakteri secara alami dan informasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia telah menemukan adanya khasiat dari beberapa alga merah yang berpotensi sebagai antibakteri patogen, khususnya terhadap bakteri Vibrio spp. Karagenan senyawa polisakarida yang dihasilkan dari beberapa jenis alga merah memiliki sifat antimikroba, antiinflamasi, antipiretik, antikoagulan dan aktivitas biologis lainnya
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2018. Pengambilan sampel rumput laut di perairan pantai Probolinggo, Jawa Timur. Pencucian, pengeringan dan penghalusan rumput laut serta proses ekstraksi dan pengujian antibakteri dilakukan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya, Malang Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental. Pengujian antibakteri mengikuti metode difusi agar. Itu Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga jenis rumput laut coklat (Phaeophyceae), yaitu berpotensi sebagai anti bakteri terhadap Vibrio alginolticus dan Vibrio harveyi. Rosenvingea orientalis gagal menunjukkan kapasitas antibakteri
Penulis
Wahyu Isroni
Departemen MKI-BP
Informasi lebih detail dari penelitian ini dapat ditemukan pada jurnal ilmiah pada link berikut ini: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/493/1/012014
Sumber
http://news.unair.ac.id/2020/06/20/potensi-rumput-laut-cokelat-sebagai-antibakteri-terhadap-bakteri-patogen-vibrio-spp/