Terumbu karang merupakan suatu kelompok hewan karang yang hidup dalam simbiosis dengan tumbuhan alga yang dikenal sebagai zooxanthellae. Selain sebagai tempat tinggal, terumbu karang juga berperan dalam mencari makanan dan reproduksi bagi beragam biota laut. Terumbu karang terbentuk akibat adanya aktivitas hewan karang, yaitu simbiosis antara polip dengan alga Zooxanthellae, serta organisme penghasil kapur lainnya. Keberadaan ekosistem terumbu karang yang sehat dan lestari memberikan manfaat ekonomi dan ekologi yang penting bagi manusia dan keanekaragaman hayati. Namun, potensi sumberdaya terumbu karang di Indonesia kian hari kian menurun.
Kerusakan tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, penambangan karang dan pasir, serta aktivitas lain yang dapat merusak ekosistem laut. Salah satu pulau yang memiliki kekayaan terumbu karang yang paling bagus adalah perairan Pulau Panjang yang hampir seluruh perairannya ditumbuhi terumbu karang dangkal. Sebaran karang hidup di Pulau Panjang umumnya terdapat pada dataran terumbu dari kedalaman 0,5 meter hingga 7 meter. Jenis-jenis karang penyusun terumbu yang hidup di di perairan Pulau Panjang umumnya adalah jenis-jenis dalam family Poritidae (Porites lobata, Porites lutea dan Goniopora minor), family Faviidae (Favia speciosa) dan family Pectiniidae (Pectinia paeonia). Namun, ekosistem tersebut mengalami kerusakan akibat proses anthropogenic terutama akibat gangguan sedimentasi. Secara langsung, sedimen dapat mematikan hewan karang apabila sedimen tersebut ukurannya cukup besar dan dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menutupi polip/mulut karang. Pengaruh tidak langsung adalah melalui penetrasi cahaya dan banyaknya energi yang dikeluarkan oleh binatang karang untuk membersihkan sedimen tersebut, sehingga akan menurunkan laju pertumbuhan. Kondisi terumbu karang di Pulau Panjang dalam tingkatan sedang hingga buruk.
Penulis : Sahna, Azza Fazania Zahira, Yemima Jodie Prasetyo, Adhisty Huswindyani, Muhammad Ramadhan