Berita FPK – Kajian Keilmiahan Mahasiswa, atau yang disebut dengan KAKEMA, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga mengadakan webinar bertajuk “Teknologi Terkini Mikroalga Dalam Akuakultur”. Materi ini disampaikan oleh Luthfiana Aprilianita S.Pi., M.Si selaku Dosen FPK UNAIR, Sulastri Arsad S.Pi, M.Sc, M.Si. selaku Dosen FPIK Universitas Brawijaya, Muhammad Zainuddin S.Kel., M.Si. selaku Dosen Universitas Islam Nadlatul Ulama Jepara, dan Michelle Azista Nabila, S.Si., M.Si. selaku CEO Amorina Kirana Adiwarna. Kegiatan ini dipandu oleh moderator dari Dosen PSDKU UNAIR Banyuwangi, Mohammad Faizal Ulkhaq S.Pi., M.Si.
Webinar ini dihadiri sebanyak 149 peserta dari beragam Instansi dan Universitas di seluruh Indonesia. Dekan FPK UNAIR, Prof. Dr. Mirni Lamid, M.P., Drh turut menyambut webinar yang diselenggarakan pada Sabtu (14/06/2020). Berkat banyaknya partisipan dan nantinya FPK UNAIR akan menyelenggarakan webinar-webinar yang lain, salah satunya adalah INCOFIMS 2020 yang diadakan di bulan September.
Materi pertama mengenai pengaruh Global Warming terhadap kelimpahan mikroalga di perairan disampaikan oleh Luthfiana Aprilianita S.Pi., M.Si. Fenomena Global warming memiliki pengaruh terhadap kelimpahan mikroalga dan kandungan nutrien dalam perairan. Dosen yang kerap disapa Luthfiana menyampaikan penelitian yang dilakukan di perairan Sedati, Sidoarjo di tahun 2019.
“Dalam perairan mikroalga merupakan rantai paling dasar, dimana menjadi sumber makanan semakin meningkat, jumlah keanekaragaman tersebut juga meningkat,” Ungkap Luthfiana.
Keberadaan mikroalga ditentukan oleh beberapa faktor seperti suhu,pH, salinitas, oksigen terlarut, arus, cahaya, dan unsur hara (Nitrogen dan fosfat, disebut juga N:P Ratio, red). Fenomena global warming akan mempengaruhi fluktuasi parameter di dalam perairan.
”Selain faktor-faktor tersebut, salah satu parameter yang berpengaruh adalah curah hujan, arus air, dan arah angin juga mempengaruhi kelimpahan mikroalga dalam perairan,”
Luthfiana juga menekankan parameter seperti suhu sangat berperan dalam pengendalian eksosistem dalam perairan. Perbedaan jenis mikroalga juga memiliki keragaman faktor yang berbeda. “Untuk golongan chlorophyta dan bacillariophycea memiliki toleransi suhu sekitar 20-30oC, pada golongan cereviceae memiliki toleransi suhu lebih tinggi dari kedua golongan tersebut,”
Dalam kondisi pandemik ini, menurut beberapa penelitian terjadi penurunan polusi, lubang ozon semakin mengecil, Luthfiana menuturkan akan terjadi perubahan kondisi lingkungan, terlebih di pandemik COVID-19 makeover kondisi lingkungan bumi semakin baik dengan diikuti lubang ozon mengecil.
Selanjutnya materi kedua dipaparkan oleh Sulastri Arsad S.Pi, M.Sc, M.Si, dosen FPIK UB. Dosen yang kerap disapa Sulastri menjelaskan materi bioprospectic, isolasi, kultivasi, dan pemanfaatan mikroalga perairan, terutama untuk diatom spesies Haslea sp.
“Diatom Haslea sp tidak familiar di Indonesia, ditemukan secara tidak sengaja di perairan barat perancis. Diatom ini memproduksi pigmen spesifik yang disebut marennine,” Ucap Sulastri.
Umumnya masyarakat Perancis hobi makan tiram, harga kerang tiram semakin melonjak karena rasa kerang tiram yang diberi pakan Haslea sp. sangat berasa jika dibandingkan tiram biasa. Haslea sp. mempunyai 2 karakteristik pigmen, intraseluler dan ekstraseluler marenin. Pigmen marennine mampu menyebabkan perubahan warna pada kerang menjadi warna hijau dalam beberapa waktu saja. Genus ini memiliki senyawa bioaktif seperti antioksidan, antibakteri, antivirus, dan sebagai anti proliferasi.
Teknik sampling mikroalga tidak selalu memakai plankton net. “Haslea sp. bersifat benthic dan epifit. Jadi dia menempel pada makroalga, bisa sampling di dasar perairan dengan cara biofilm,” Ujarnya. Selain itu mikroalga berperan sebagai pikoremediator yang berfungsi mereduksi bahan beracun berbahaya seperti logam berat seperti merkuri (Hg).
Materi ketiga disampaikan oleh Muhammad Zainuddin S.Kel., M.Si. mengenai Aplikasi Ekstrak Mikroalga Sebagai Agen Imunostimulan, Antioksidan dan Antibakteri Vibrio Strain MDR dalam Budidaya Udang Vannamei. Udang vannamei rentan sekali terhadap penyakit, salah satunya penyebab penyakit dari bakteri yaitu vibriosis. Adapun upaya dalam pengendalian penyakit tersebut dengan menggunakan antibiotik, namun penggunaan antibiotik pada saat ini telah dilarang oleh WHO. “Perlu adanya senyawa aktif untuk antibakteri secara alami yaitu dengan memanfaatkan mikroalga sebagai suatu produk alami seperti halnya Tetraselmis chuii dan Dunaliella salina yang telah melalui tahap pengkajian aktifitas senyawa antibakteri,” Ujarnya.
Menurut penelitian yang ia lakukan, dapat disimpulkan bahwa tren pertumbuhan mikroalga Tetraselmis chuii dan Dunaliella salina berbeda secara signifikan. “Ekstrak metanol mikroalga Tetraselmis chuii dan Dunaliella salina memiliki aktifitas antibakteri terhadap Vibrio harveyi, antioksidan dan imunostimulan terhadap udang vannamei,” lanjutnya.
Materi terakhir selanjutnya dijelaskan oleh CEO Amorina Kirana Adiwarna Michelle Azista Nabila, S.Si., M.Si. yang telah berpengalaman dalam budidaya Spirulina ini ingin membagikan informasi terkait Spirulina Imunization With Food. Spirulina merupakan satu-satunya spesies Cyanobacteria (bakteri yang mampu berfotosintesis) yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Dinding sel spirulina terdiri dari lapisan peptidoglikan bukan selulosa seperti mikroalga pada umumnya sehingga sangat mudah dicerna oleh tubuh.
Michelle menegaskan spirulina sangat berbeda halnya denganmultivitamin. “Spirulina terbuat dari bahan alami, mengandung enzyme, bioavailabilitas tinggi, mudah dicerna, dapat diserap secara menyeluruh tanpa menimbulkan efek samping. Sedangkan multivitamin dari bahan sintesis, tidak mengandung enzyme, bioavailabilitas rendah, sulit dicerna, dapat menimbulkan efek samping,” Ujar Michelle.
Ia menegaskan bahwa spirulina bukanlah obat untuk menyembuhkan penyakit, yang dikonsumsi ketika dibutuhkan saja, akan tetapi dapat digunakan untuk mencegah penyakit. Michelle menyarankan untuk mengonsumsi spirulina secara rutin selagi sehat. (*)
Penulis
Wahyu Isroni (Dosen Departemen MKI-BP)
R. Dimar Herfano Akbar dan Zulfa Arofatul Jannah (Mahasiswa Program Studi Akuakultur)