Berita FPK – Beberapa staff dosen dan pimpinan Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga ber wisata ke Solo bersama keluarga (1/1/2020). Kami berangkat dari Surabaya pagi hari langsung menuju kota Solo dengan bus melalui jalan toll ruas Surabaya – Solo. Perjalanan Surabaya-Solo dapat ditempuh dalam waktu 3 – 4 jam melalui jalan toll telah diresmikan Bapak Jokowi, presiden RI tahun lalu. Wisata ini bertujuan untuk refreshing bagi dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Unair sebelum dimulainya perkuliahan rutin pada semester genap ini.
Setibanya di pelataran D’Colomadu, kami disuguhi bangunan megah pabrik gula yang sudah direnovasi dengan pelataran parkir cukup luas yang sekarang dikembangkan sebagai museum cagar budaya kota Solo. Museum D’Colomadu terletak di sebuah kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang berada di bagian barat Kota Surakarta. Kami harus membeli tiket masuk museum D’Colomadu. Di dalam ruangan kami disambut oleh seorang guide (pemandu wisata) lokal yang disediakan oleh museum. Pemandu wisata mulai menjelaskan sejarah berdirinya pabrik gula Colomadu, berjalannya produksi gula, tidak berproduksinya pabrik gula dan renovasi pabrik gula menjadi museum wisata D’Colomadu sekarang ini.

Miniatur penggilingan tebu
Pabrik gula Colomadu ini dibangun pada tahun 1861 oleh KGPAA Mangkunegaran IV, seorang pemimpin Kadipaten Mangkunegara, sebuah kadipaten yang lahir dari perjanjian Salatiga tahun 1757 yang memisahkan Kasunanan Surakarta dengan Kadipaten Mangkunegaran. KGPAA Mangkunegaran membangun pabrik gula Colomadu bersama dengan selirnya, Nyi Pulungsih dengan harapan untuk mensejahterakan rakyatnya. Pembangunan pabrik gula Colomadu ini membutuhkan dana sebesar 400.000 gulden. Asal kata Colomadu adalah colo artinya gunung, madu itu manis, gula, artinya bahwa pabrik gula Colomadu dapat menghasilkan gula yang banyak untuk rakyatnya.

Penjelasan miniatur pabrik gula Colomadu
Museum D’Colomadu dibagi ke dalam beberapa bagian. Pada saat masuk museum, pengunjung diperlihatkan alat penggilingan tebu yang umurnya sudah ratusan tahun. Mesin berwarna abu-abu ini memiliki ukuran yang luar biasa besar. Sebagian orang menyebut ukurannya raksasa. Mesin yang sudah berusia ratusan tahunan ini dikelilingi dengan tembok kaca. Selanjutnya kami masuk ke ruangan museum yang berada di sisi sebelah Barat alat penggilingan tebu. Di dalam ruangan museum ini pemandu wisata menjelaskan sejarah berdirinya pabrik gula Colomadu, proses produksi gula, dan kami diperlihatkan miniatur pabrik gula Colomadu. Setelah berkeliling di dalam ruangan museum, kami diberi snack dan minuman gratis. Di dalam museum D’Colomadu juga dilengkapi ruangan café yang menyediakan makanan dan minuman bagi pengunjung yang ingin santai sejenak. Selain itu di dalam museum juga terdapat ruangan hall tempat pagelaran acara musik. Setelah keluar dari gedung museum, kami diajak ke suatu tempat penjualan souvenir dan produk dari D’Colomadu sebagai cinderamata untuk pengunjung.
Penulis
Woro Hastuti Satyantini
Departemen MKI – BP
Email: worohastuti79@gmail.com