Assalamu’alaykum warahmatullah Wabarakatuh.
Halo semuanya. Sebelumnya terimakasih untuk Cak Iqbal yang memoderatori diskusi ini, dan segenap tim IKA UA FPK yang sudah susah payah memfasilitas terselenggaranya diskusi ini. Perkenalkan, saya Royan, Alumnus FPK angkatan 2010. Sekarang sedang menempuh studi magister di Norwegia. Mohon do’anya untuk kelancaran studi saya ya. Diskusi ini sebenarnya lebih ke sharing pengalaman saya sendiri terkait lolos tes TOEFL. Karena tips dan trik setiap orang yang lolos TOEFL boleh jadi berbeda-beda. Jadi untuk diskusi ini khusus apa yang saya alami selama persiapan sampai dengan memperoleh sertifikat TOEFL dengan nilai yang cukup memuaskan. Awalnya format kegiatan akan dikemas dalam bentuk clinical coaching, namun tim IKA UA FPK meyakinkan saya untuk mengawali format clinical coaching tersebut dengan diskusi terlebih dahulu, untuk follow up nya nanti akan difasilitasi oleh tim IKA UA FPK. Terimakasih sekali lagi buat jerih payah tim IKA UA FPK.
Sebagai gambaran awal, saya pertama kali tes TOEFL itu pas masuk UNAIR, itu pun tes prediksi TOEFL (ELPT) dengan skor yang luar biasa payah cuma 407. Saya yakin kawan-kawan di sini ada yang bisa lebih dari itu. Selama kuliah, saya tak begitu sering bergaul dengan TOEFL karena saya pikir belum saatnya menyentuh barang asing ini. Lagipula, saya juga disibukkan sama perkuliahaan dan aktivitas ekstra-kurikuler. Intinya, males sih sebenernya. Saya baru secara sadar mau belajar TOEFL secara intensif itu segera setelah wisuda (sebenarnya agak telat ini perhitungannya tapi ya better late than never lah ya) karena mau persiapan S2 juga. Kurang lebih dua bulan belajar intensif, Alhamdulillah tes pertama TOEFL resmi saya tembus 573. Alhamdulillah, ya, lumayan lah walaupun target sebenarnya 600. Jangan khawatir, tips yang kita diskusikan di sini insyaa Allah juga bisa dipakai buat yang mau ngejar 550 ke atas.
Untuk lulus atau lamaran pekerjaan umumnya cukup dengan sertifikat prediction TOEFL (semacam ELPT nya Unair). Perlu diketahui, kalau tes prediction cenderung lebih mudah daripada tes resmi TOEFL. Untuk dapat skor 500, berdasarkan pengalaman orang lain yang saya dengar, tidak terlalu susah. Yang cukup menantang itu kalau mau naik sampai ke 550. Jadi, saya yakin dengan metode belajar yang tepat dan disiplin, skor TOEFL 500 itu tidak mustahil didapatkan kawan-kawan yang bahkan baru kenal TOEFL.
Oke, let’s get started.
Hampir sebagian besar orang yang saya tau, lebih senang mengerjakan soal structure daripada soal reading, apalagi listening. Memang ada segelintir orang yang cenderung lebih senang dengan soal reading atau listening. Hal ini karena soal structure ini udah biasa kita hadapi mulai dari pertama kali ujian bahasa Inggris di SD sampai Kuliah. Tipe soalnya mirip, jadi kita cenderung lebih nyaman dan terbiasa, tinggal baca soal, pilih jawaban yang “dirasa” benar, beres. Padahal, memang di soal inilah kuncinya. Dengan mengerti structure, akan lebih mudah bagi kita untuk memahami soal listening dan reading. Karena structure memang dipakai sebagai resep untuk membuat audio script listening dan teks reading. Tidak jauh dari itu kok.
Saya tidak bilang kalau dengan menguasai structure akan membuat kita menguasai reading dan listening, tidak. Setiap tipe soal butuh pendekatan belajar yang berbeda. Tapi, dengan menguasai structure akan membuat kita lebih mudah memahami obrolan si speaker, teks dan soal TOEFL. Kenyataan yang mungkin tidak terperhatikan oleh sebagian orang adalah bahwa soal structure memiliki bobot nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan soal listening dan reading. Silakan cek, soal structure itu lebih sedikit dibandingkan dengan soal listening dan reading, sehingga bobot nilai tiap soalnya lebih besar. Atau kawan-kawan juga bisa cek tabel perbandingan bobot nilai soal structure, listening, dan reading. Urutannya dari bobot nilai tertinggi ke terrendah adalah structure > listening > reading.
Terus, apa dampaknya sama kita kalau bobot nilai structure lebih besar? Kalau kita menguasai structure, hanya dengan menjawab soal structure secara benar aja (katakan benar 34 dari 40 soal), sementara soal listening dan reading benar setengah dari jumlah soal (25 dari 50), kita udah bisa dapat skor 500 pas, ga kurang, ga lebih. Bayangin ya, katakan kita cuma yakin benar 30 soal structure, sementara untuk soal reading dan listening masing-masing 25 soal, ada sisa sekitar 10 soal buat structure, dan masing-masing 25 soal buat listening dan reading. Dengan asumsi jawaban lain salah karena dikosongin aja, kita bisa dapat skor 487 dari jawaban benar yang “seiprit” itu. Persyaratan Wisuda Unair? Lewaaat! (kalau belum diubah ya kebijakannya, jaman saya persyaratan wisuda masih 450).
Apalagi, kalau kawan-kawan memutuskan untuk pake strategi “hitung kancing” untuk sisa soal yang belum terjawab itu. Masak buat soal structure ga bisa nembak 2-3 jawaban benar? Royan Fpk10: Gitu juga buat listening dan reading, masak dari 25 soal kosong tadi kita ga bisa benar bahkan seperlimanya? Buletin aja semua A, A, A, A atau kombinasi seragam lainnya daripada B, D, A, C atau kombinasi heterogen lainnya. Insyaa Allah bisalah nembak 3-5 soal per section. Syukurnya sistem penilaian tes TEOFL bukan kayak SBMPTN yang lama (2018 ini sudah berubah), di mana kalau salah kita diganjar -1 poin. Ini lebih kayak bab Probablitas di pelajaran Matematika SMA. Masih ingat kan? Nah akhirnya, kepake tuh buat tes TOEFL. Oke, katakanlah dari strategi hitung kancing tadi, kita bisa nembak tambahan 3 soal benar untuk structure, dan masing-masing 5 soal benar untuk listening dan reading. Jadi jumlah soal benar untuk structure, listening, dan reading berturut-turut 33, 30, 30.
Kita cenderung lebih nyaman mengerjakan soal structure karena kita sudah terbiasa dengan pola seperti ini selama bertahun-tahun. Kalau nyamannya saja kita sama soal structure, berarti belajarnya bakalan lebih nyaman sama structure juga, sekali lagi ya karena kita udah terbiasa dengan model pelajaran structure begini. Lihat aja dari mulai SD, SMP, SMA sampai kuliah, kita dijejali sama tenses, plural, singular, question tag, comparative degree yang tidak kelar-kelar. Lebih milih mana, belajar reading dengan baca teks banyak, atau belajar listening dengan dengerin podcast yang ngomongnya kumur-kumur? Ya pasti lebih milih belajar structure lah. Belajar structure dengan disiplin bukan cuma meningkatkan nilai structurenya, tapi juga listening dan reading. Karena structure ini ibaratnya kayak Matematika nya TOEFL, sedangkan Reading dan listening itu kayak Fisika dan Kimia nya TOEFL. Dengan memahami structure dengan baik, akan lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh si pembicara di soal listening dan akan lebih mudah mengerti teks-teks reading.
Kalau belajar structure itu penting, dari mana mulainya?
Saya sarankan coba belajar dari buku Longman Complete Course for The TOEFL Test – Deborah Phillips. Mungkin kalau ada yang mau nambah materi dari buku-buku lain seperti TOEFL Cliff atau TOEFL Barron, silakan, lebih bagus. Tapi untuk pemula, saya sarankan Longman. It really worked for me anyway. Kalau ada di antara kawan-kawan yang butuh materi dari Longman tadi. Link nya bisa saya sertakan.
Listening and reading
Untuk listening dan reading sendiri, bagi yang waktunya relative singkat dalam belajar, saya pribadi sih menyarankan bisa langsung practice ke soal-soalnya aja. Kalau punya waktu yang relative panjang, bisa ditambah porsi belajarnya dengan sering dengerin podcast, vlog-vlog berbahasa Inggris di Youtube, baca artikel dalam bahasa Inggris, nulis paragraph dalam bahasa Inggris, dan lain-lain. Bagi yang punya waktu belajar relative singkat, khususnya bagi pemula, untuk listening saya sarankan coba mulai dirutinkan membahas satu soal listening per hari. Kalau bisa lebih, tambah mantap.
Caranya, siapkan buku catatan khusus dan alat tulis. Dengarkan apa yang dikatakan si speaker, tapi jangan langsung jawab soalnya. Justru, tulis apa yang dikatakan si speaker sama persis. Kalau di awal kita dengar cuma I am, ya tulis aja itu. Terus dengarkan lagi, berkali-kali sampai kita anggap kita udah yakin kalau kita nulis dengan tepat apa yang dikatakan sama si speaker walaupun ada missed 1-2 kata, tidak masalah. Setelah kita yakin kita nulis semua yang dikatakan si speaker, sekarang coba kita cek audio script di bagian appendix bukunya. Cocokkan apa yang kita tulis dengan audio scriptnya. Ingat, jangan coba jawab dulu pertanyaannya. Kita masih coba memahami apa maksud si speaker. Kalau ada yang ga cocok atau missed, coba dengerin ulang audio nya dan perhatikan dengan seksama di bagian mana kita missed. Kalau kita udah paham di mana salahnya, coba dengarkan sekali lagi audionya tanpa melihat audio script nya dan pahami apa yang dikatakan si speaker.Nah, Kalau sudah yakin paham dengan apa yang dikatakan si speaker, sekarang baca pilihan jawabannya. Pilih yang menurut kita paling tepat, dan cek di lembar jawaban.
Di sinilah pemahaman bahasa Inggris kita diuji, bukan sekadar tau artinya, karena boleh jadi kita tau artinya tapi kita tidak tau apa maksud di balik omongannya. Demikian juga untuk reading, skill-skill dari buku yang saya sebutkan tadi itu sudah cukup baik untuk mengasah pemahaman reading kita. Untuk detail strategi reading, kayaknya bisa berjam-jam kalau saya sampaikan di sesi ini. Jadi mungkin di lain waktu saat clinical coaching atau sesi lainnya. Tapi strategi tercepatnya adalah, kerjakan soal-soal vocabulary yang biasanya “The word BLABLA in line 10 is closest in meaning to” terlebih dahulu. Karena kadang kita udah tau sinonim dari kata tertentu sebelum melihat ke teks readingnya. Karena kadang kita udah tau sinonim dari kata tertentu sebelum melihat ke teks readingnya. Jadi kerjakan soal-soal model begini terlebih dahulu, baru berangkat ke soal yang lebih kompleks seperti “specific details”, “main idea”, “topik” yang tidak hanya membutuhkan pemahaman arti, tapi juga pemahaman maksud teks tersebut.
Question and Answers
(Q)Dwi FPK 2012:
Saya mau bertanya, untuk kuliah S2 luar negeri setahu saya selain TOEFL ada IBT, nah ini menurut bang royyan recomended yg mana ya, soalnya dari segi biaya IBT sekali tes 3,5 jt.an dan tipe soalnya jg beda, ada speaking dan writing, saya jg sudah terlanjur beli IBTnya Barron, mohon pencerahannya agar bisa fokus IBT atau TOEFL, Terimakasih bang, salam super.
(A)Royan FPK 2010:
Tergantung beasiswanya. Kalau beasiswa/kampus mensyaratkan cukup dengan TOEFL PBT saja (Paper Based Test), sebaiknya pakai itu. Soalnya belajarnya juga lebih mudah dan biaya tesnya relatif lebih murah (Rp. 500rb an.).Tapi, setau saya makin banyak kampus yang tidak pakai TOEFL PBT lagi karena dianggap kurang valid membuktikan pemahaman bahasa Inggris seseorang (Tapi sama Monbukagakusho MEXT, Jepang, TOEFL PBT masih dipake). Justru, mereka mensyaratkan TOEFL iBT (Internet Based Test) atau IELTS yang keduanya sama2 menguji 4 elemen kemampuan bahasa Inggris, Reading, Listening, Writing dan Speaking.
Tapi kalau boleh saya kasih masukan, sebaik-baik tes yang harus dijalani oleh pemula adalah IELTS. Karena tes IELTS menurut hemat saya lebih manusiawi daripada TOEFL iBT. Kenapa lebih manusiawi? Karena dalam beberapa tesnya kita diuji sama manusia langsung, bukan robot (komputer). Nah si TOEFL iBT ini, ga mau tau, kalau kita saat itu lagi, katakanlah, maaf mau lap ingus, bakalan dianggap jeda karena kita ga punya ide mau ngomong apa. Sementara di IELTS, gesture kita dilihat sama si examiner, karena kita langsung berhadapan sama si penguji.
(Q)Hafit Ari Pratama:
Kebetulan saya termasuk kategori makhluk neptunus yg lumayan di nilai reading dan listening tapi anjlok di nilai structure. Tips trik nya mungkin buat belajar structure butuh starter pack apa saja contohnya. Lalu boleh minta link buat materi _Longman_yang di penjelasan ditawarkan.
(A)Royan FPK 2010:
Salam, mas, kita tetanggaan, saya kebetulan di Saturnusnya. Haha.. Untuk belajar structure bagi pemula, Longman udah cukup mendongkrak nilai. Ikuti skill2nya yang kurang lebih ada 60, insyaa Allah bisa, mas.
Memang, menurut saya skill structure di Longman itu tergolong basic structure, tapi udah cukup sebenarnya belajar itu dulu. Tapi kalau mau tambahan yang advance, bisa coba pakai TOEFL Cliff. Biarpun buku lama, tapi detailnya bukan main.
Berikut link download Longman yang dimaksud:
https://drive.google.com/open?id=0B0YZAGTDrgn-cWFGY29CTlk4dXc
Ngomong2, terkait tips dan trick detailnya, mungkin bisa disesi Clincal Coaching ya, mas. Soalnya per soal structure itu juga beda pendakatan cara pengerjaan. Sampai jumpa di sesi Clincial Coaching. Insyaa Allah tim IKA FPK akan fasilitasi.
Penulis : M. Royan ( Mahasiswa Master Bergen University/ Alumnus FPK UNAIR angkatan 2010)
Editor : Annur Ahadi Abdillah