Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

SinnTech ke-7 Membahas Pengelolaan Kesehatan Ikan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

SinnTech ke-7 Membahas Pengelolaan Kesehatan Ikan

Program Studi Magister Ilmu Perikanan Universitas Gadjah Mada mengadakan Webinar SinnTech (Science and Innovative Technology) ke-7 pada Rabu (10/03/2021). Webinar dibuka dengan sambutan Wakil Dekan II Fakultas Pertanian UGM (Suadi, S.Pi., M.Agr.Sc., Ph.D.) dan dipandu oleh moderator ( ) yang merupakan mahasiswa S2 di Fakultas tersebut. Kegiatan tersebut mengangkat tiga pokok bahasan, yaitu tantangan dan peluang pengelolaan penyakit parasiter, bakterial, dan viral.

Dr. Suadi membuka webinar dengan memaparkan fakta-fakta terkait urgensi pengelolaan kesehatan ikan. “Penyakit ikan menyebabkan dampak yang luas bagi usaha budidaya. Berdasarkan laporan terkini, kerugian akibat penyakit pada budidaya ikan dapat mencapai 96% bahkan 100%. Di Indonesia, pada tahun 1991 kerugian tercatat mencapai 24%, yaitu senilai 20 juta USD,” ujar Wadek II FAPERTA UGM. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si. yang menjadi salah satu narasumber di kegiatan tersebut. “Penyakit parasiter dapat dikendalikan, namun kenyataannya pada pembenihan saja penyakit akibat parasit dapat menyebabkan kematian hingga 100%,” terang Dr. Gunanti selaku dosen Departemen Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

Beliau menjelaskan penyakit parasiter mudah ditemukan akibat kualitas air yang buruk. Ikan yang terserang penyakit parasiter kondisinya menurun, sehingga mudah terjadi predisposisi munculnya penyakit-penyakit berikutnya. Mengatasi bahaya penyakit parasiter pada budidaya ikan, Dr. Gunanti menjelaskan vaksin dan imunostimulan dapat menjadi solusi, tetapi kajian tentang penggunaannya masih harus terus dikembangkan karena masih banyak ditemukan kelemahan.

Berbeda dengan Dr. Gunanti, Dr. Desy Sugiani, S.Pi., M.Si., staff Balai Riset Perikanan dan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor menjelaskan  tentang penyakit bakterial dan pengobatannya. “Beberapa penyakit akibat bakteri memang umum kita temukan pada kegiatan budidaya. Strategi pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan tidak terlepas dari tantangan dan pengelolaan penyakit ikan. Kita sering mendengar isu adanya larangan penggunaan antibiotik di Indonesia. Ada juga yang mengatakan bahwa temuan fenomena resistensi obat ikan di beberapa bakteri  telah banyak dilaporkan”. Mengenai hal tersebut beliau menerangkan bahwa antibiotik masih diperbolehkan penggunaannya mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/Permen-KP/2019 Tentang Obat Ikan.

Secara konseptual penyakit ikan terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara patogen, ikan, dan lingkungan. Sebagai pemateri ketiga, Dr. Murwantoko, Ir., M.Si., dosen Program Studi Akuakultur Departemen Perikanan FAPERTA UGM menyampaikan penyebab penyakit ikan yang paling besar adalah bakteri (55%), virus (23%), parasit (19%), dan jamur (3%) berdasarkan Surachetpong (2020).

Webinar ditutup dengan sesi diskusi terkait pengelolaan kesehatan ikan. Menanggapi salah satu pertanyaan dari audiens mengenai penanganan tambak yang terserang penyakit, Dr. Gunanti mengatakan bahwa penanganan penyakit ikan budidaya tidak bisa sembarangan. Paling tidak kita harus mengetahui gejala klinis yang muncul dan kualitas airnya. Beliau juga berpesan, pencegahan penyakit pada budidaya ikan lebih baik daripada pengobatan.

 

Penulis : Anisa Mubera (Akuakultur, 2018)

Editor  : Arjuna Permadiaz Dwi Putra (Akuakultur, 2020)

Loading

5/5

FPK NEWS

BAGIKAN