Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

Potensi Budidaya Kutu Air

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Potensi Budidaya Kutu Air

Bagikan
Daphnia magna (Sumber: chemex.co.uk)

Daphnia sp. atau yang umumnya disebut kutu air merupakan salah satu jenis pakan alami yang potensial untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan pembenihan ikan air tawar terhadap ketersediaan pakan alami yang sesuai bagi benih ikan yang telah berumur 6 hari (Serezova, 2017). Kutu air bisa disebut sebagai pakan alami yang terbaik, khususnya bagi ikan cupang. Hal ini terjadi karena terdapat kandungan protein serta nutrisi yang terbilang tinggi di dalamnya. Namun, kutu air ini sangat jarang ditemukan jika tidak dibudidayakan khususnya pada perairan tawar. Kondisi ini menyebabkan kutu air menjadi terbatas dan perlu dibudidayakan. Sehingga untuk upaya pengelolaannya di perairan tawar sangat dibutuhkan aspek biologi dan ekologis pada kutu air.

Kutu air memiliki keunggulan seperti kemampuan berkembang biak dalam waktu relatif singkat yaitu mulai 4 hari dengan telur sebanyak 4-22 butir (Serezova, 2017). Daphnia sp. dapat hidup pada rentang suhu 18-24°C. Rentang suhu ini merupakan rentang suhu yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan Daphnia sp. Diluar suhu tersebut, Daphnia sp. akan cenderung bersifat dorman atau dalam keadaan berhenti untuk tumbuh. Daphnia sp. membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu 6,7 sampai 9,2. Seperti halnya makhluk akuatik lainnya pH tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia sp. Oleh karena itu kadar NH3 (amonia) perlu dijaga dengan baik. Untuk mengoptimalkan kultur kutu air dapat dilakukan dengan teknik daily feeding, yakni penmbudidayaan dengan memberikan pakan air rendaman dedak setiap hari. Peningkatan konsentrasi amonia dipengaruhi oleh sisa bahan organik yang menyebabkan rentang pH menjadi besar (Sitohang et al., 2012).

Ketahanan Daphnia sp. yang baik pada perairan sedikit oksigen disebabkan oleh kemampuannya untuk melakukan sintesis hemoglobin. Naiknya kadar hemoglobin dalam darah Daphnia sp., selain diakibatkan oleh kurangnya oksigen terlarut di perairan, juga diakibatkan oleh kenaikan suhu dan kepadatan populasi Daphnia sp. yang tinggi. Dalam kondisi oksigen terlarut rendah, maka akan meningkatkan kadar hemoglobin untuk membantu menyalurkan oksigen dalam tubuh mereka. Adanya hemoglobin ini menyebabkan Daphnia sp. berwarna merah. Hal ini tidak akan terjadi apabila kadar oksigen terlarut cukup (Samhari dkk, 2014).

Berikut langkah mudah untuk memulai budidaya kutu air :

1. Sediakan kol
Kol yang dalam kondisi hampir membusuk dinilai lebih mudah untuk mendatangkan kutu air daripada kol dalam kondisi segar.

2. Gunakan wadah yang sesuai dengan kebutuhan
Kapasitas wadah yang digunakan dalam budidaya kutu air ini menyesuaikan banyaknya budidaya yang akan dilakukan. Penggunaan wadah dari drum, baskom, atau membuat kolam dari terpal menjadi pilihan yang sangat tepat. Yang lebih ditekankan dalam bentuk kolam untuk budidaya ini adalah bukan tinggi, melainkan panjang dan lebar.

3. Masukkan air
Air yang telah diendapkan langsung dimasukkan ke wadah. Pengisian air dalam budidaya ini tidak bisa asal-asalan. Pengisian air dilakukan secukupnya, tidak perlu diisi hingga penuh, karena tidak baik untuk kutu air.

4. Masukkan kol
Cuci terlebih dahulu kol yang sudah disiapkan hingga terbebas dari kotoran. Setelah itu, masukkan kol ke dalam wadah yang tersedia.

5. Hindari dari sinar matahari langsung
Perlu diperhatikan untuk intensitas sinar matahari karena dapat menghambat proses pertumbuhan kutu air.

6. Tutup wadah
Tutup wadah budidaya tersebut untuk mencegah resiko digunakan sebagai sarang nyamuk.

7. Diamkan kol di wadah selama satu minggu
Kol akan menjadi busuk serta diikuti perubahan air berwarna hijau kehitaman karena kotoran kol tersebut. Air akan kembali jernih karena proses pengendapan. Kotoran dari kol akan turun diikuti dengan air yang tampak bening seperti semula. Di saat itu pula ribuan kutu air dapat terlihat dengan jelas. Perlu diperhatikan setiap langkah dalam membudidaya kutu air.

Referensi :

Samhari, R., Hastiadi, H., dan Eka, I. 2014. Pengaruh Pemberian Kalsit dengan Kadar yang Berbeda terhadap Perkembangan Populasi Daphnia sp. Jurnal Ruaya, 2: 65-76. http://dx.doi.org/10.29406/rya.v2i2.270

Serezova, T. 2017. Pengaruh Pemberian Apu Apu (Pistia stratiotes l) Sebagai Pupuk Organik dengan Dosis yang Berbeda terhadap Populasi Kutu Air (Daphnia sp.). Daun: Jurnal Ilmiah Pertanian Dan Kehutanan, 4(2): 109-118. https://doi.org/10.33084/daun.v4i2.85

Sitohang, R.V., Herawati, T., dan Lili, W. 2012. Pengaruh pemberian dedak padi hasil fermentasi ragi (Saccharomyces cerevisiae) terhadap pertumbuhan biomassa Daphnia sp. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3(1): 65-72.

https://www.chemex.co.uk/products/daphnia-magna-reproduction-oecd-211. Diakses pada 20/02/2021

Penulis : Mat Hari (THP, 2020)
Editor : Viradyah Lulut Santosa (Akuakultur, 2019)

Loading

5/5