Berita FPK – Di jaman yang serba digital saat ini atau dikenal sebagai digital age/modernisasi, segala aktivitas manusia di muka bumi ini semakin lama semakin terbantukan, efektif dan efisien, seperti transaksi jual beli, kegiatan belajar mengajar, networking (jejaring) dan diskusi. Seperti saat ini dengan adanya pandemic corona, pemerintah memberlakukan kebijakan lockdown maupun pembatasan social (social restriction) untuk mengurangi berkumpulnya manusia, namun dengan adanya teknologi digitalisasi yang semakin canggih, maka hal-hal yang berhubungan dengan gathering seperti diskusi, rapat, pembelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan sosialnya diganti dengan metode virtual, yakni video teleconference. Saat ini banyak sekali aplikasi yang dapat mendukung kegiatan tersebut seperti Google Hangout, Google Meeting, What’s App messenger, Facebook messenger, Line, Zoom dan lain sebagainya. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat dioperasikan dengan mudah menggunakan telepon genggam cerdas (smart phone), dimana saat ini membeli smartphone seperti membeli kacang, artinya smart phone harganya sangat terjangkau dan pada akhirnya smartphone menjadi kebutuhan bukan lagi untuk hidup hedon, dari yang tua sampai yang muda.
Jika melihat fakta diatas maka dapat dikatakan bahwa era digitalisasi dapat membawa dampak positi terhadap aktivitas manusia. Meskipun, di lain sisi banyak sekali aktivitas-aktivitas kejahatan yang dipermudah dengan adanya digitalisasi seperti saat ini seperti modus penipuan, eksploitasi, prank, hoak, pencemaran nama baik dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pengguna smartphone harus memiliki kesiapan yang matang agar dapat menggunakan smartphone di era digital ini yang optimal dan tentunya berasaskan manfaat. Persiapan itu harus diberikan sejak dini kepada manusia yang mana persiapan yang harusnya paling tepat sasaran adalah di ranah pendidikan dasar, yakni tingkat SD-SMP.
Dengan adanya digital age ini tentunya, generasi muda akan menghadapi tantangan ke depanya, yakni persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa di dunia. Berlakunya digital age ini, manusia sudah bukan lagi citizen tapi netizen, dimana manusia sekarang bukan hanya bagian dari negara dimana mereka tinggal, namun sudah menjadi bagian dari warga dunia. Sehingga, melihat apa yang terjadi di dunia saat ini sangat mudah.
Melihat fakta-fakta diatas, jika dilihat dari sisi religiusitas dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi ini, harusnya lebih dapat melihat kebesaran Allah Tuhan YME. Dengan adanya kebesaran Tuhan yang semakin jelas ini, seyogyanya dapat meningkatkan iman kita kepada Allah SWT. Hal ini disampaikan oleh Penulis, Muhamad Nur Ghoyatul Amin (Dosen FPK UNAIR) yang sedang studi lanjut di Austria saat memberikan materi kepada santri Pondok Pesantren Darul Falah, Mojokerto tentang “Bagaimana menjadi santri yang open minded”. Kegiatan tersebut dilakukan secara virtual dengan menggunakan Zoom pada hari Kamis, 21 Mei 2020 dari jam 10.00-11.30 CEST (waktu Austria). Penulis juga menyampaikan tentang bagaimana perkembangan teknologi dapat membuka wawasan santri di pondok pesantren dan bagaimana caranya mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan dengan iman, serta pengalamannya berpuasa 17 jam lebih di Austria selama bulan Ramadhan.
Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar dan santri PONPES Darul Falah cukup antusias dalam menerima materi. Penulis juga berpesan agar santri harus memiliki motto “Thinking Global, Acting Local” yang artinya kita boleh belajar dari siapapun dan dimanapun, bahkan dari negara asing, namun tetap satu prinsipnya harus diamalkan dan dibarengi dengan membaca dan memahami Al-Qur’an kitab Allah, agar dapat senantiasa tidak luput dari bimbingan-Nya. Senantiasa berpikir positif tentang segala hal, agar dapat membawa kesan dan dampak positif terhadap orang lain.
Penulis sangat puas, karena dimanapun berada tetap dapat berkontribusi untuk tanah air tercinta, Indonesia.
Penulis
Muhamad Nur Ghoyatul Amin
Departemen Kelautan
Email: m-nurghoyatulamin@fpk.unair.ac.id