Close
Pendaftaran
FPK UNAIR

TIMBA PENGALAMAN MANDIRI DI NEGERI SAKURA

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

TIMBA PENGALAMAN MANDIRI DI NEGERI SAKURA

Berita FPK – Menjadi mahasiswa asing merupakan impian bagi sebagian kalangan yang ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, memang tidak mudah berada di lingkungan asing dengan perbedaan budaya yang sangat tinggi. Toleransi dan kepekaan sangat dibutuhkan ketika menjadi bangsa lain diantara bangsa lokal. Bukan hanya tentang penyesuaian bahasa, namun secara global menyangkut kemampuan bertahan hidup dari segala aspek, termasuk faktor ekonomi.

Bagi sebagian besar mahasiswa Indonesia di luar negeri, faktor ekonomi tidak menjadi hambatan. Sebab umumnya mahasiswa Indonesia sudah dibekali beasiswa sebelum berangkat ke negara lain, apakah beasiswa itu disediakan pemerintah Indonesia, swasta, atau bahkan pemerintah negara tujuan belajar. Beberapa masyarakat kelas atas banyak dijumpai melanjutkan studi ke luar negeri tanpa bantuan pendanaan manapun. Namun bagi masyarakat lain, faktor ekonomi merupakan aspek kompleks menantang yang tidak dirasakan para penerima beasiswa atau masyarakat kelas atas.

Sebagai contoh negara tujuan belajar mahasiswa Indonesia adalah Jepang. Berdasarkan data PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Jepang, pada 2016 mahasiswa Indonesia di Jepang tercatat sebanyak 4.630 orang, dimana sebagian besar merupakan penerima beasiswa. Beberapa upaya dilakukan mahasiswa Indonesia non-beasiswa untuk bertahan di negeri empat musim tersebut, salah satunya adalah dengan bekerja paruh waktu. Di beberapa negara, termasuk Jepang, kerja paruh waktu adalah hal biasa. Perbedaannya, bagi mahasiswa Jepang sendiri, hasil kerja paruh waktu biasanya digunakan untuk liburan ke negara lain ketika musim libur tiba. Tetapi, bagi beberapa mahasiswa asing, termasuk Indonesia yang tidak memiliki fasilitas beasiswa, hasil kerja paruh waktu diperuntukkan untuk kehidupan sehari-hari dan pembayaran biaya kuliah. Perbedaan lainnya adalah, tidak semua lowongan kerja paruh waktu menerima mahasiswa asing bekerja di tempatnya. Hal ini juga menjadi hambatan bagi mahasiswa Indonesia yang bekerja paruh waktu untuk mendapat pekerjaan yang mau menerima mereka bekerja.

Bekerja paruh waktu umumnya dilakukan di sela jadwal kuliah dan laboratorium. Dan bagi mahasiswa Indonesia program pascasarjana (S2 maupun S3), pekerjaan tersebut hanya bisa dilakukan saat akhir pekan, sebab selama hari aktif (Senin-Jumat) mahasiswa pascasarjana dibebani pekerjaan laboratorium. Inilah yang menjadi tantangan besar bagi sebagian kecil mahasiswa Indonesia non-beasiswa di Jepang, sebab selain harus fokus menyelesaikan kewajibannya di laboratorium, mereka juga harus rela mengorbankan hari liburnya untuk mendapat pemasukan demi keberlangsungan hidup di Negeri Sakura.

Penulis
Ayu Lana Nafisyah
Departemen MKI-BP
Email: lanad7d6@gmail.com

Loading

5/5

FPK NEWS

BAGIKAN