KEMUNCULAN SPESIES CHATTONELLA DI PERAIRAN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
Fitoplankton merupakan organisme mikroskopik yang berperan penting bagi organisme perairan, baik kerang-kerangan, krustasea, maupun ikan bersirip. Perkembangbiakan mikroalga ini sangat penting utamanya di bidang budidaya perikanan sebagai pakan alami yang bisa ditambahkan untuk tercapainya peningkatan produksi. Akan tetapi di sisi lain, peledakan populasi alga berbahaya (atau dikenal dengan istilah harmful algae blooms/ HAB) sangat merugikan bagi sektor perikanan maupun kesehatan manusia sebagai konsumen produk perikanan utamanya kerang-kerangan.
Salah satu genus yang menjadi konsen adalah Chattonella, spesies pada genus ini masuk dalam kategori spesies non-toksik bagi manusia, tetapi dikenal mematikan bagi ikan dan invertebrata. Seperti ikan-ikan budidaya di keramba, tidak seperti ikan liar, ikan budidaya tersebut terperangkap dalam satu area ketika peledakan terjadi. Hal tersebut menyebabkan menurunnya tingkat produksi budidaya akibat kematian massal ikan budidaya. Tahun 1972 terjadi peledakan Chattonella yang mematikan ikan ekor kuning budidaya di Seto Inland Sea (perairan dalam Seto), Jepang dengan kerugian berkisar 500 USD.
Secara tak terduga, ketika studi mengenai mikroalga bentik di sedimen mangrove dilakukan di Probolinggo, ditemukan sel yang tampak seperti Chattonella. Sel kemudian diisolasi dengan metode pipet kapiler dan dikembangbiakkan di laboratorium untuk pengamatan lanjutan terhadap morfologi dan genetik. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa sel yang ditemukan merupakan spesies Chattonella marina var. marina. Penelitian lanjutan mengenai ketahanan strain ini juga dilakukan terhadap tingkatan salinitas (15-33 psu) dan suhu (25-36 °C) kultur yang berbeda. Hasil mengejutkan dari pengujian strain tersebut adalah strain yang didapat dari lokasi sampling memiliki ketahanan hingga suhu 34 °C, dimana Chattonella strain Jepang yang diujikan sebagai pembanding mengalami penurunan aktifitas fotosintesis (Fv/Fm) di nilai sangat rendah. Sedangkan hasil pengujian salinitas menunjukkan bahwa pada salinitas terendah (15 psu), strain Indonesia memiliki tingkat pembelahan sel harian yang sangat tinggi, bahkan jika dibandingkan dengan kultur strain yang sama di salinitas lebih tinggi (20-33 psu).
Meskipun sebelumnya telah dilaporkan kemunculan genus Chattonella di perairan Indonesia (Sidabutar et al., 2001 dan Mulyani et al, 2012), namun kemunculan spesies Chattonella marina var. marina ini dilaporkan pertama kali dalam Ayu-Lana-Nafisyah et al. (2018) dengan detail morfologi serta genetiknya.
Referensi
Ayu-Lana-Nafisyah, et al. (2018) Cryptic occurrence of Chattonella marina var. marina in mangrove sediments in Probolinggo, East Java Province, Indonesia. Fisheries Science, 84: 877-887.
Penulis
Ayu Lana Nafisyah
Departemen MKI-BP
Email: lanad7d6@gmail.com