BEST MANAGEMENT PRACTICE (BMP), METODE SOLUTIF PENINGKATAN PRODUKSI UDANG
Selama kurun waktu 2018, udang menjadi komoditas perikanan ekspor terbesar kedua setelah rumput laut yaitu sebesar 26,58 % dari total ekspor komoditas perikanan nasional. Walaupun menjadi komoditas ekspor unggulan, produksi udang baru mencapai 40-50% dari target produksi nasional Maka dari itu diperlukan teknologi yang mampu meningkatkan nilai produksi udang nasional. Best Management Practice (BMP) adalah sebuah metode budidaya yang mampu meningkatkan jumlah produksi udang.
Best Management Practice (BMP)
Best Management Practice (BMP) pada dasarnya adalah sebuah metode budidaya dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengontrol kondisi lingkungan dan biologis. Menurut Supito dkk., (2006) dalam Arief dkk., (2015), budidaya udang dengan teknologi BMP terdiri dari tiga perlakuan utama yaitu : (1) persiapan tanah tambak dengan baik; (2) kontrol kualitas air dan pengelolaan lumpur melalui sistem sirkulasi; (3) dan pengadaan benih berkualitas dan bebas penyakit melalui aplikasi imunostimulan dan pemberian pakan berkualitas.
Persiapan Tanah Tambak
Persiapan kolam dimulai dari perbaikan konstruksi kolam, pengeringan kolam untuk mematikan hama dan penyakit di dasar kolam, pengapuran untuk menaikan pH tanah dan mempercepat penguraian bahan organik, dan pemupukan untuk meningkatkan suplai pakan alami (Tim Perikanan WWF-Indonesia, 2014).
Kontrol Kualitas Air
Kontrol kualitas air dilakukan dengan penerapan biofilter yaitu menggunakan ikan bandeng atau rumput laut (Arief, dkk. 2015). Fungsi ikan bandeng adalah untuk memanfaatkan biomassa fitoplankton dan bahan terurai yang melimpah. Penerapan biofilter dapat mengurangi beban lingkungan yang berasal dari partikel organik dan nutrien dalam air limbah sehingga biofilter dapat menjadi stabilisator kualitas air, baik dalam sistem sirkulasi air tertutup maupun sistem sirkulais air terbuka.
Pengadaan Benih Berkualitas
Benih berkualitas adalah benih yang memiliki daya tahan tubuh dan taraf kelangsungan hidup yang tinggi. Salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh benih adalah melalui pengaplikasian imonustimulan. Imunostimulan yang dapat digunakan pada metode budidaya BMP adalah imunostimulan dari Zoothamnium penaei. Menurut Mahasri (2007), imunostimulan dari Zoothamnium penaei mampu meningkatkan taraf kelulushidupan benih udang dari 10 hingga 81 %.
Hasil Panen Udang Budidaya Metode BMP dengan Metode Tradisional
Model Budidaya udang menggunakan metode BMP mampu meningkatkan jumlah produksi hingga tiga kali lipat. Penelitian yang dilakukan oleh Arief, dkk. (2015) menunjukan bahwa hasil produksi udang menggunakan metode tradisional hanya menghasilkan 276 Kg/Ha, sedangkan pada model budidaya udang dengan metode BMP mampu menghasilkan 903,66 Kg/Ha.
Referensi
Arief M., G. Mahasri, dan A.T. Mukti. 2015. Peningkatan Hasil Panen Udang pada Budidaya Udang Tradisional di Desa Permisan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo untuk Mengurangi Waktu Panen menggunakan Metode Best Management Practice (BMP). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 7 (1) : 17 -33.
Mahasri. 2007. Kemampuan Ikan Bandeng sebagai Filter Biologis dalam Menekan Munculnya Ciliata Patogen pada Budidaya Udang Windu (Panaeus Monodon Fab) di Tambak. Indonesian Journal of Marine Sciences. 10 (4) : 199 – 204.
Tim WWF-Indonesia. 2014. Budidaya Udang Vannamei : Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Edisi I. WWF Indonesia. Jakarta. hal. 9-11.
Penulis:
Akbar Maulana
Mahasiswa Prodi Akuakultur
Email: akbar24maulana05@gmail.com